JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Survei yang dilakukan oleh New Indonesia Research & Consulting mengungkap bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, berhasil unggul dominan dengan elektabilitas mencapai 50,5 persen dalam simulasi tiga pasang capres-cawapres.
Sementara itu, pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD tertinggal dengan selisih 26,0 persen.
Pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menempati urutan terakhir dengan hanya mendapatkan dukungan sebesar 15,3 persen, sedangkan 8,2 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.
Dengan hasil ini, tampaknya Pemilihan Presiden 2024 kemungkinan besar akan berlangsung hanya dalam satu putaran.
BACA JUGA:17 Desember Nanti Prabowo Rencanakan Kunjungan Spesial ke OKI, Ini Agendanya
Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting, Andreas Nuryono, menyatakan bahwa dengan elektabilitas yang mencapai 50,5 persen, pasangan Prabowo-Gibran diperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden dalam satu putaran.
Perubahan signifikan terjadi dalam tiga bulan terakhir seiring mengerucutnya peta kontestasi Pilpres ke tiga pasangan calon.
Pada survei bulan September, elektabilitas Prabowo belum mencapai 40 persen dalam simulasi tiga pasang capres. Namun, setelah dipasangkan dengan Gibran, yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi, dukungan terhadap Prabowo meningkat drastis.
Pemilihan figur cawapres diyakini banyak mendongkrak elektabilitas Prabowo, terutama setelah Gibran berpasangan dengannya.
BACA JUGA:Optimis Pertumbuhan Ekonomi Baru, Prabowo-Gibran Berkomitmen Maksimalkan Proyek IKN
BACA JUGA:Dukungan Prabowo-Gibran Terus Menguat di Jawa Barat dan Banten, Ternyata Ini Faktornya
Andreas menjelaskan bahwa Majunya Gibran bersama Prabowo memperkuat dukungan dari Jokowi, yang mengarahkan dukungan kepada pasangan nomor urut dua.
Sebelumnya, arah politik Jokowi terkesan abu-abu, namun keinginannya untuk menggabungkan Prabowo dengan Ganjar tidak terwujud karena PDIP memutuskan untuk mengusung capres-cawapresnya sendiri.
Jokowi diinginkan agar kepemimpinan nasional setelah dirinya tidak lagi menjabat bisa menjamin keberlanjutan program.