SUMATERAEKSPRES.ID - Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan, Rahayu. Ibu dan Bapak guru di seluruh Indonesia yang senantiasa saya banggakan,
Tahun ini mungkin menjadi tahun terakhir saya merayakan Hari Guru Nasional sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Hal ini membuat saya merasa sedih, karena saya pasti akan merindukan pertemuan dengan Ibu dan Bapak semua. Namun, di balik itu, tersimpan rasa yakin dan optimis yang sangat kuat dalam benak saya.
BACA JUGA:Hari Guru Nasional 25 November, Ini Sejarah dan Makna Logo Tahun Ini
BACA JUGA:Tips untuk Lulusan Keguruan Agar Jadi Guru Yang Disukai Banyak Murid
Saya yakin bahwa Ibu dan Bapak guru sebagai nakhoda tidak ingin membalikkan arah kapal Merdeka Belajar. Saya optimis bahwa semua pendidik di seluruh Indonesia akan terus bergerak mewujudkan Merdeka Belajar.
Keyakinan ini tumbuh dari hal-hal yang berhasil kita capai bersama dalam empat tahun terakhir.
Pada tahun pertama Merdeka Belajar, kita menghapus Ujian Nasional dan memberi kepercayaan kepada guru untuk menilai hasil belajar muridnya.
Kita menerapkan Asesmen Nasional agar kita semua fokus menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan menyenangkan. Lingkungan belajar ini menumbuhkan kemampuan literasi dan numerasi serta karakter murid.
BACA JUGA:Tips untuk Lulusan Keguruan Agar Jadi Guru Yang Disukai Banyak Murid
Selanjutnya, di tahun berikutnya, kita meluncurkan Kurikulum Merdeka. Jika Asesmen Nasional mengukur tujuan perubahan, Kurikulum Merdeka memberikan petunjuk jalan mencapai tujuan itu.
Kurikulum Merdeka dinantikan para guru, karena tidak hanya meringankan beban murid dengan pengurangan jumlah materi, dan penekanan pada pemahaman mendalam.
Tetapi juga memerdekakan guru untuk mengolah kreativitasnya dan berinovasi dalam mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai kebutuhan murid.