Sejauh ini BPBD Sumsel pun telah memetakan dan memantau daerah yang memiliki potensi banjir dan longsor. "Ada daerah-daerah yang rawan bencana, itu atensi kita dan kita persiapkan lebih awal menangani potensi bencana di sana," cetusnya.
Penanganan karhutla sendiri untuk satgas karhutla masih berjalan. "Masih ada sedikit titik api, satgas karhutla berjalan hingga api benar-benar padam, operasi darat dan udara juga tetap dilakukan," katanya.
Kepala BPBD Sumsel, M Iqbal Alisyahbana berharap penyelenggaraan apel kesiapsiagaan bencana ini dapat meningkatkan kemampuan personel dan kesiapan peralatan penanggulangan banjir dan tanah longsor.
"Kita juga ingin mengoptimalkan peran, tugas, dan tanggung jawab masing-masing dinas, instansi, stakeholder terkait penanggulangan bencana," tuturnya.
Sejauh ini beberapa wilayah rawan dan berpotensi terjadi banjir dan lonsor pada musim hujan, seperti wilayah dataran tinggi Lahat, Muara Enim, OKU, OKUT, OKUS.
Dataran rendah seperti Kota Palembang dan lainnya juga berpotensi banjir. “Tentu wilayah rawan itu sudah kami pantau dan mempersiapkan segala sesuatunya dalam menghadapi potensi bencana yang ada," ujarnya.
Di tahun 2022, BPBD Sumsel melaporkan dampak banjir dan longsor telah menyebabkan 8.537 rumah terendam, 150 rumah rusak berat, 46 rumah rusak sedang, 623 rumah rusak ringan, 11 rumah hanyut/roboh, 2 jembatan rusak, 3 jembatan gantung putus, 244 lahan pertanian terendam, 1 hektare sawah rusak, 20 hektare sawah terendam, 108,5 meter jalan tertimpa longsor. Dengan korban tercatat 18.116 KK atau 21.297 jiwa dan 6 orang meninggal dunia.
Diketahui, dalam rencana penanggulangan bencana (RPB) 2022-2026 di Sumsel, total potensi luas bahaya banjir di Sumsel mencapai 6.476.932 hektare.
Ada tiga kelas bahaya, meliputi luas bahaya kelas rendah 2.690.327 hektare. Kelas sedang 1.774.850 hektare dan kelas tinggi 2.011.755 hektare.
Sementara potensi luas bahaya tanah longsor di Sumsel 906.740 hektare. Rinciannya luas bahaya dengan kelas rendah 205.740 hektare, kelas sedang 538.709 hektare, dan kelas tinggi 162.291 hektare.
Tersebar di Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Mura, Muratara, OKU, OKUT, OKUS, Lubuklinggau dan Pagaralam.
Penjabat (Pj) Wali Kota Palembang, Drs Ratu Dewa MSi sebelumnya telah meminta seluruh dinas terkait mengantisipasi potensi banjir genangan air pascahujan di beberapa titik wilayah di 18 kecamatan yang ada.
“Kita perlu menyiapkan segala kemungkinan dalam menghadapi musim hujan,” kata Ratu Dewa.
Dikatakan, perlu sosialisasi tanggap banjir kepada masyarakat hingga memetakan kawasan yang berpotensi terjadi genangan air.
“Kami minta semua camat melakukan pemetaan kawasan yang rawan banjir,” ujarnya. Sejauh ini pencegahan terjadinya banjir oleh dinas terkait yang sudah dilakukan seperti melakukan pendalaman kolam retensi, pengerukan sedimen lumpur dan sampah dengan alat berat, pengerukan drainase dan anak sungai, dan lainnya.
Musim hujan kali ini juga diprediksi disertai angin kencang, ini tentu berpotensi menumbangkan pohon tua yang banyak tersebar di jalan-jalan utama kota.