SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Kementerian Pertanian (Kementan) kembali memanfaatkan dan mengembangkan lahan rawa sebagai alternatif peningkatan produksi padi. Untuk memastikannya, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman pun mengunjungi Provinsi Sumsel yang memiliki potensi besar pengembangan lahan rawa.
Ia meninjau model optimasi lahan di Desa Talang Tengah, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), kemarin (14/11). Salah satu potensi lahan rawa di Sumsel itu lahan rawa lebak yang berada persis di perbatasan kabupaten OKI dan OI.
Mentan Andi Amran mengatakan pengembangan lahan rawa merupakan komitmen Pemerintah mempercepat kebutuhan masa tanam dalam waktu dekat. Pengembangan lahan rawa dikelola melalui optimasi lahan yang diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas.
"Tolong bantu percepat tanam, percepat produksi sehingga kita tak perlu impor. Kami akan bentuk brigade, ada combine harvester, eskavator, traktor, dan lain-lain. Saya mau pemuda-pemuda yang mengelola. Nanti bagi hasil, sehingga pemuda untung, petani untung," ujar Amran usai meninjau lokasi.
BACA JUGA:Nugal Padi Masih Menjadi Tradisi
BACA JUGA:Sawah Kering, Hasil Padi Terancam Gagal Panen
Dikatakan, kegiatan optimasi lahan rawa difokuskan pada perbaikan infrastruktur air dan lahan. Dengan penataan sistem tata air dan lahan diharapkan lahan rawa bisa menjadi lahan pertanian produktif. "Tata kelola air dan perbaikan infrastruktur irigasi menjadi hal yang krusial dalam pengelolaan lahan rawa," ungkapnya.
Di sini ia memantau langsung pembuatan percontohan saluran air dan long storage sepanjang 2,3 km. Dibangun secara swadaya oleh petani menggunakan alat berat (excavator). Ke depan targetnya pembangunan untuk Sumsel minimal 200 ribu hektar. "Dengan adanya saluran ini kondisi air pada lahan lebih tertata. Tidak kebanjiran saat musim hujan, dan ketika musim kering masih terdapat air pada long storage," jelasnya.
Ia mengatakan Sumsel punya potensi 500-700 ribu hektar lahan pertanian sawah. Di antaranya 340 ribu hektare sudah tergarap dan belum tergarap 470 ribu hektare. "Kalau ini kita garap, katakanlah 500 ribu hektare, itu bisa menyimpan beras 2 juta ton untuk Indonesia," tuturnya. Bahkan bisa meningkat sampai 2,5 juta ton dan bisa memproduksi 4 juta ton untuk Sumsel. Didukung optimasi lahan sehingga potensi sawah panen 2 kali setahun.
Lewat program Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL), masyarakat dapat mengajukan ke Kementan. Jika disetujui sawahnya akan dibantu diolah seperti dibangunkan tanggul, saluran, diarahkan untuk bisa produksi 2 kali setahun, dan diserahkan ke pemiliknya untuk dikelola selanjutnya. "Target kita meningkatkan produksi, mengurangi potong upah, bagaimana mengoptimalkan optimasi rawa kita yang luasnya 10 juta hektar di Indonesia yang bisa dikelola dalam jangka waktu 10 tahun ke depan," ucapnya.
Jika bisa diolah 1 juta hektar pertahun, minimal 2 kali produksi dapat meningkatkan 5 juta ton beras. Tanam pertama padi, tanam kedua padi, dan tanam ketiga jagung. Mentan menargetkan tahun 2024 terjadi peningkatan produksi beras. 2025 sudah bisa kejar sejarah swasembada beras. Lalu 2026, 2027 sudah bisa ekspor beras. "Saya kira kita bisa ulang sejarah swasembada. Saya ingin Sumsel bisa kejar jadi wilayah terbesar nomor 2 dalam hal tulang punggung pangan Nasional," sebutnya.
Setelah OI, Mentan juga kunjungi Desa Jukdadak dan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten OKI di hari yang sama. “Pembangunan saluran long storage di sekeliling lahan pertanian akan membantu petani mengoptimalkan lahan dan meningkatkan masa tanam menjadi IP300,” tegasnya.
Menurutnya tinggal dipoles sedikit lahan yang belum optimal, supaya dari satu kali tanam bisa 2-3 kali tanam setahun. "Saya ingin seluruhnya sawah di desa ini bisa tanam 3 kali," terangnya, kemarin (14/11).
Sebelumnya saat mengunjungi SMK - Pembangunan Pertanian (SMK PP) Negeri Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Senin (13/11) sore, Mentan Andi mengajak para insan pertanian melanjutkan swasembada pangan seperti pernah dilakukan tahun 2019-2020.
"Saya yakin Indonesia bisa swasembada, mulai dari Sumatera Selatan. Ketahanan pangan identik dengan ketahanan bangsa," katanya. "2019-2020 kita swasembada, yang bekerja adalah kita, petani penyuluh dan Babinsa, untuk itu harus kita lanjutkan," ujarnya. Diakuinya, Sumsel dapat menjadi penyelamat pangan Indonesia.