"Kami siapkan alsintan, pupuk. Kalau dulu harus ada kartu tani baru dapat pupuk, sekarang cukup KTP dapat pupuk. Ini sedang kita proses harmonisasinya," imbuhnya. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada PJ Gubernur Sumsel yang telah memberikan dukungan. "Kami siapkan anggaran untuk 100 ribu hektar di Sumatera Selatan. Semoga bisa terserap, ini bisa mengangkat produksi pangan bisa jadi nomor 3/4 di Indonesia dari nomor 5," katanya. Bahkan kalau 500 ribu hektar dapat digarap, Sumsel bisa masuk peringkat 2 nasional.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil menjelaskan potensi lahan rawa Sumsel mencapai 3.054.347,60 hektare. “Luas lahan rawa lebak mencapai 1.354.805,88 hektare dan luas lahan rawa pasang surut 1.699.541,71 hektare,” lanjutnya.
Langkah awal peningkatan produksi padi akan ditempuh dengan meningkatkan luas tanam, melalui peningkatan Indeks Pertanaman dengan program optimasi lahan. “Kita akan segera lakukan penataan tanggul, pembangunan pintu-pintu air, pompanisasi, dan lain-lain," tuturnya.
Pj Gubernur Sumsel, Agus Fatoni mengatakan Sumsel terdiri dari luasan wilayah 91.592,43 Km2 dengan penduduk 8,5 juta jiwa. Luas baku sawah (LBS) 470.602 hektar, memiliki tipologi lahan lengkap, yaitu irigasi, tadah hujan, pasang surut, dan lebak. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel, Bambang Pramono hanya menyanggupi permintaan Mentan RI seluas 200 ribu hektare. "200 ribu hektare pak Menteri, dan minta bantuan dari pak Pangdam," katanya.
Wabup Ogan Ilir, Ardani menyebut ada sekitar 2.500 hektar lahan tanam persawahan akan dibangun di Ogan Ilir. Lahan itu adalah lahan masyarakat dan akan dikembalikan ke masyarakat setelah dibangun. "Akan dikelola dan dinikmati masyarakat. Ini dalam rangka, meningkatkan ketahanan pangan kita," sebutnya.
Plt Bupati OKI, HM Dja'far Shodiq mengungkapkan dengan hadirnya Menteri Pertanian RI, pihaknya berharap pertanian di OKI semakin jaya. "Kami berharap OKI tak hanya menjadi lumbung pangan di Sumsel tapi juga di Indonesia," bebernya. Saat ini OKI menjadi nomor 3 penyumbang gabah kering di Sumsel dengan luasan lahan baku sawah 97,334 hektar, terbagi menjadi beberapa tipologi rawa lebak pasang surut, tadah hujan, dan irigasi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura OKI, Sahrul menjelaskan pihaknya sudah menginventarisir lahan dan petani. Dalam membuat saluran long stroge ada longsorit atau kedukan, pada musim hujan bisa ditaburi ikan. Disitu ikan bisa 3-6 bulan dipanen. "Padi tiga bulan panen, setelah panen padi bisa lanjut panen ikan," tegasnya. Pertanian juga harus dibantu prasarana lainnya seperti pompa air dan alat pertanian yang ada.
Kepala Desa Tanjung Beringin, Suparman Bustan mengaku ada 1.500 hektar lahan pertanian belum tergarap di desanya. “Kami senang Mentan berkunjung dan membantu alat pertanian combine dan lainnya,” tegasnya. Target 2-3 kali penanaman dan pada musim kemarau bisa tetap panen meski selama kemarau ini ada penurunan.
Selain OI dan OKI, pengembangan lahan pertanian juga berpotensi di daerah lain seperti Muratara ada sekitar 7.000 hektar lahan sawah berpotensi dikembangkan. Karena dari jumlah itu baru 3 ribu hektar lebih lahan dibuka. Wasir (54) petani asal Rupit mengaku ada beberapa kendala sering dihadapi masyarakat sehingga meninggalkan lahan pertaniannya, seperti lahan sering kebanjiran hingga alami kekeringan saat musim hujan. "Di wilayah Muratara rata rata sistem sawah tadah hujan," katanya.
Kondisi serupa dialami petani di Desa Bingin Rupit. Kepala Desa Hengki mengatakan. mereka terus berupaya mengoptimalisasi lahan sawah dan mengajak masyarakat kembali ke ladang. Pihaknya mengaku sudah kerjasama dengan Pemda mengatasi masalah banjir dan kekeringan. Caranya membuat embung sebagai sumber penampungan air dan saluran irigasi sebagai sondetan saluran air ke sawah.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara, Ade Meri mengungkapkan, 7 ribu hektare lahan berpotensi di wilayah Muratara belum digarap maksimal. “Lahan banyak ditinggalkan masyarakat karena dianggap tidak berpotensi menghasilkan sumber ekonomi. Pasalnya mayoritas lahan pertanian di Muratara merupakan lahan sawah lebak yang sering kebanjiran dan alami kekeringan di musim kemarau,” tuturnya.
Dia mengungkapkan Pemda sudah berupaya meningkatkan potensi lahan tidur dengan melakukan optimalisasi seperti menggunakan sistem pompanisasi, membuat saluran irigasi, hingga pembagian bibit, dan lainnya.
Wakil Bupati OKU Timur HM Adi Nugraha Purna Yudha SH mengaku ada dampak el nino terhadap petani OKU Timur. "Segala kehidupan butuh air, termasuk sawah namun di OKU Timur tak begitu besar pengaruhnya," ujarnya. Tapi bersyukur saat ini hujan sudah mulai turun.
“Untuk program cetak sawah baru, saat ini belum ada program itu di OKU Timur karena kitga harus pula koordinasi dengan Kementerian," ujarnya. (lid/uni/dik/qda)