Dari Energi Lahirkan Anak Negeri Berprestasi

Rabu 25 Oct 2023 - 04:00 WIB
Reporter : Dian Cahyani
Editor : Rendi

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Namanya Reno Saputra (28). Dia adalah salah-satu penerima beasiswa Akamigas angkatan pertama yang dibiayai Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 yang dulunya masih dikenal sebutan Pertamina EP asset 2 Prabumulih.

 

Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Argo Prayoga dan Aminah itu sempat putus asa melanjutkan pendidikannya setelah tamat SMA YPIP Pendopo, Kabupaten Pali, Sumatera Selatan pada tahun 2014 lalu. Bukan tak mau berusaha, dia hanya mencoba "tahu diri" dengan keadaannya saat itu.

 

Mempunyai orang tua yang broken home dan terpaksa harus tinggal "menumpang" bersama orang tua angkat dan menjalani hari-harinya sebagai tukang bantu-bantu di toko roti milik paman dan bibi yang dianggapnya sebagai orang tua angkat.

 

Setiap hari, pria kelahiran Pendopo, 27 Januari 1995 itu membantu paman dan Bibinya membuat adonan roti dan mengantarkan pesanan ke rumah-rumah pelanggan setiap pulang sekolah dan hari libur.

 

BACA JUGA:Info Beasiswa S2 Fully Funded di Doha Institute. Yuk, Raih Kesempatan Ini!

 

Hari-hari yang cukup berat dengan anak seusianya saat itu. Belum lagi, saat terbersit dalam benaknya melihat keadaan orang tua yang masih ada namun tak lagi tinggal bersama. Sempat bercita-cita sebagai guru Matematika, namun harus pupus karena khawatir menjadi seorang guru belum bisa mengangkat derajat keluarga.

 

"Karena saat itu, jadi guru di tempat tinggalku hanya digaji Rp300 ribu sebulan," kata Reno, Senin (23/10).

 

Suatu ketika, datanglah salah-satu lembaga pendidikan di Palembang (Palcomtech) yang mengadakan sayembara ke sekolahnya. Bermodal nekat, ia lalu mendaftar jurusan Teknik Informatika. Setelah dinyatakan lulus, dia harap-harap cemas membayar uang pendaftaran. Terbersit olehnya, uang tabungan yang dikumpulkan dari membantu jualan roti tak cukup. Namun keinginan melanjutkan kuliah sangat besar.

 

Hari berganti hari. Suatu ketika di bulan Ramadhan, dia berkumpul dan berbuka bersama teman-teman sekelas sekaligus merayakan kelulusan SMA.

 

BACA JUGA:Bersiaplah untuk Meniti Pendidikan Tinggi: UNS Buka Pendaftaran Beasiswa S2 dan S3 Periode 2

 

Di sana, pemuda yang akrab disapa Boy itu mendengar cerita dari kawannya bahwa Pertamina membuka sayembara beasiswa Akamigas. "Katanya gratis, dari ujung kuku sampai ujung rambut semuanya dibiayain. Sayang, waktu tersisa 1 hari lagi," sambungnya.

 

Keesokan harinya, pendaftaran beasiswa ditutup pukul 16.00 WIB. Paman sekaligus ayah angkatnya, memotivasi Reno untuk ikut mendaftar dan mencoba mencari peruntungan pendidikan jalur beasiswa. "Saya disuruh untuk mengurus semua persyaratan, semua pekerjaan boleh ditinggal dulu," ujarnya. Teringat betul, saat itu Reno berniat mengantarkan beberapa kardus air mineral pesanan pelanggan. 

 

Satu persatu persyaratan mulai terkumpul. Namun laki-laki lulusan SMPN 1 Pendopo Pali itu sempat kesulitan mendapatkan KK (Kartu Keluarga). "Karena terpencar-pencar rumah orang tua. Akhirnya saya menemui ayah yang sedang bekerja nukang (tukang bangunan, red) dan menemui ibu (IRT) di rumahnya yang lain," sebutnya yang mengaku berkas baru terkumpul pukul 14.30 WIB.

 

Satu minggu kemudian, Reno mendapatkan SMS yang menyatakan dirinya lulus seleksi administrasi. Naik travel bersama teman-teman dari Pali yang berjumlah sekira 20-25 orang, dia berangkat ke Prabumulih mengikuti psikotes. Seminggu kemudian, pemuda lulusan SDN 3 Pali itu kembali mendapatkan SMS yang menyatakan dirinya lolos psikotes dan maju ke tes kesehatan.

 

"Saingan dari Pali tersisa 10-15 orang saat itu,” katanya. Naik travel pukul 03.00 WIB dan sampai pukul 05.00 WIB di Prabumulih dengan keadaan "mabuk" mobil lantaran belum sarapan. Dia lantas diambil darah dan disuruh berkeliling lapangan. Beruntung Reno kembali menerima panggilan untuk tes wawancara.

 

Masih ingat betul dalam benaknya, ada 3 orang mewawancarainya, di antaranya perwakilan dari Akamigas. Saat itu, Reno belum tahu banyak tentang Pertamina, meskipun dia tinggal dalam komplek Pertamina dengan berjualan roti. Yang dia tahu, Pertamina "banyak duit" nya dan tujuannya ikut tes beasiswa untuk sekolah gratis, meningkatkan ekonomi keluarga, dan menjadi orang sukses meskipun ia bukan terlahir dari keluarga kaya dan berada.

 

"Mungkin kalau tidak lulus beasiswa, saya sudah jadi begal Mbak," tutur Reno.

 

Beruntung, 2 minggu lebih menunggu kabar sambil jualan roti, dia dinyatakan lulus bersama seorang temannya dari Pali bernama Budi. Pada tahap awal, ada 200 lebih calon penerima beasiswa yang ikut tes dari berbagai Kabupaten/Kota di Sumsel dan daerah ring 1 Pertamina.

 

September 2014, dia mulai kuliah di Akamigas Palembang. "Seperti yang saya dan teman-teman bilang, semuanya gratis dari ujung kuku sampai ujung rambut," katanya terbahak. Mulai dari uang saku Rp500 ribu perbulan, uang pulsa Rp50 ribu/bulan, hingga THR (Tunjangan Hari Raya) pun dapat. Syaratnya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) minimal 3.00. Beruntung selama 3 tahun kuliah ia selalu mendapat IPK tinggi.

 

"Karena saya tidak mau mengecewakan orang banyak. Apalagi bisa kuliah gratis adalah anugerah terbesar dalam hidup saya," akunya.

 

Nilai IPK 3,75 semester 1, 3,9 semester 2, 3 dan 4, 3,75 semester 5, dan akhirnya mendapat IPK 4,0 di semester 6. Saat wisuda tahun 2017, dia berhasil mendapat IPK 3,86 predikat lulus dengan pujian dari jurusan Teknik Pengolahan Migas (TPM) yang dipilihnya. Dia juga berhasil menjadi mahasiswa terdisiplin dan mendapat tropi penghargaan dari Pertamina. 

 

Selama menjadi mahasiswa, dia juga aktif melakukan penelitian atau reset terkait energi baru terbarukan, aktif berorganisasi, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial dan pernah menjadi 50 besar karya tulis ilmiah juara dunia, 10 besar karya ilmiah tingkat nasional, dan juara 4 nasional dalam kegiatan simposium IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia) bersama tim di Jakarta.

 

Dia juga pernah meraih juara umum penulisan karya ilmiah terkait energi terbarukan di kampus. "Namun nilai di atas kertas tak sebanding dengan ilmu serta pengalaman yang kita dapat," akunya. Untuk itu, setiap hari libur kuliah, ia juga aktif melakukan orientasi lapangan di berbagai perusahaan. Rasanya, tak kurang dari 7 perusahaan sudah dilakukan orientasi olehnya.

 

Tak mau lama-lama menganggur setelah tamat kuliah, dia langsung menyebar proposal dan surat lamaran kerja ke berbagai perusahaan. "Tidak memilih-milih pekerjaan. Yang saya fikirkan saat itu yang penting dapat duit," guraunya.

 

Boy, begitu ia akrab disapa, pernah mendapat balasan dari pertamina untuk tes wawancara 2 minggu lagi. Sementara di hari yang sama, dia sudah mendapat pengumuman untuk tanda tangan kontrak di sebuah perusahaan. Berbekal tekat yang kuat, dia memutuskan mengambil yang "sudah pasti" di depan mata.

 

Keesokan harinya, dia langsung terbang ke Jakarta dan mengikuti training salah-satu perusahaan yang dipilihnya itu. Sambil training dan bekerja di Jakarta, dia juga melanjutkan kuliah di Universitas PGRI. Tak lama kemudian, dia mendapat penempatan di Adaro Service PT Saptaindra Sejati dan selama 4,5 tahun dia bekerja di Kalimantan Selatan sebagai koordinator HSE Operation.

 

Mulai Januari 2022 hingga saat ini, Boy memilih memgembangkan karir dan bekerja di Macmahon Indonesia Job Site Amman Mineral di NTB (Nusa Tenggara Barat), mulai dari jabatan HSEQ Officer, HSEQ Controller, HSEQ Supervisor, dan HSEQ Superitendent.

 

"Sampai saat ini, saya bersyukur sekali kepada Pertamina. Dari energi berhasil menelurkan anak negeri," sambungnya yang berharap kepada generasi penerus bangsa untuk tidak patah semangat mengenyam pendidikan. Selagi ada niat, pasti ada jalan. 

 

Head of ComRel & CID Pertamina Hulu Rokan Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti mengatakan pihaknya tak hanya bertugas mencari cadangan minyak dan gas. SKK Migas-PT Pertamina EP tetap menjalankan komitmen tanggung jawab sosial lingkungan sekitar area operasional, salah-satunya memberikan beasiswa kepada putra daerah terbaik yang berada di ring 1.

 

Salah-satunya program beasiswa pendidikan di Politeknik Akamigas Palembang. Sejak tahun 2014 hingga 2023, sedikitnya sudah ada 72 orang pemuda-pemudi yang berdomisili di sekitar wilayah kerja perusahaan diberikan beasiswa dari PHR Zona 4.

 

PT Pertamina EP khususnya PHR Zona 4 sangat bangga bisa melaksanakan program ini secara berkelanjutan. Mereka juga menaruh harapan besar kepada anak-anak penerima yang dididik di Politeknik Akamigas agar memperhatikan tak hanya aspek akademis, juga aspek behavior dalam perjalanan pembelajaran menjadi lulusan yang kompeten dan dapat memperoleh pekerjaan terbaik.

 

"Mereka yang sudah lulus kebanyakan sudah bekerja di berbagai bidang industri, baik migas, batubara, dan bidang lainnya di berbagai perusahaan atau institusi di Indonesia bahkan luar negeri," akunya.

 

Menurutnya, program beasiswa ini telah dikomunikasikan ke Pemerintah Daerah setempat, mulai Pemerintah Kabupaten/Kota hingga Pemerintah Desa yang selalu mendukung kegiatan operasional PHR Zona 4 sehingga dengan direalisasikannya program maka menunjukkan PHR Zona 4 memenuhi komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan. (chy)

Kategori :