JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID – Kembali viral isu beras plastik yang membuat pemerintah merespon cepat. Pengakuan seorang warga Bukit Tinggi, Dessi mengatakan, beras ia beli terlalu putih, cepat mengeras dan mudah basi.
Setelah mengonsumsi beras yang harganya Rp5.000/kg itu, ia mengalami sejumlah gejala. Radang tenggorokan, pusing, dan demam tinggi. Isu itu meluas, buat resah masyarakat.
Direktur Utama (Dirut) Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso (Buwas) pun angkat bicara di sela tinjauannya ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Ia mencium ada pihak-pihak yang ingin memojokkan pemerintah dengan isu beras plastik ini. Apalagi, pemerintah berencana mengimpor beras dari RRT. Kata Buwas, tidak mungkin pemerintah mengedarkan beras sintetis untuk konsumsi rakyat Indonesia.
"Beras sama plastik itu mahal plastik. Jadi tidak masuk akal kalau ada beras dari plastik. Hoax itu,” cetusnya. Apalagi disebut-sebut beras itu dari RRT. Sementara impor beras dari negeri tirai bambu itu belum dilakukan.
BACA JUGA:Polri Tetapkan 10 ‘Pemain’ Beras Jadi Tersangka
“Sepertinya ada upaya kelompok tertentu yang mau mendiskreditkan pemerintah melalui isu beras plastik ini," ucap Buwas. Mantan Kabareskrim Polri ini mencurigai pihak tersebut ingin membuat keresahan masyarakat.
Terutama para penerima bantuan sosial (bansos) beras dari pemerintah. Untuk itu, ia berharap jika ada warga yang melihat atau mengetahui dan menemukan hal-hal mencurigakan pada beras yang beredar di pasaran maupun dari Bulog, untuk bisa memastikan langsung ke Bulog.
Terkait isu beras plastik saat ini, karena sudah meresahkan, maka Buwas minta penegakan hukum lakukan tindakan. “Karena itu tindakan melanggar hukum,” imbuhnya. Ia sudah sampaikan itu kepada Satgas Pangan dan pihak Kepolisian.
“Jangan hanya sekedar minta maaf, lalu selesai setelah buah keresahkan. Harus ada tindak lanjut secara hukum. Tidak boleh dibiarkan," tegasnya.
BACA JUGA:Tahun Depan Impor 1 Juta Ton Beras
Sementara, Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama Satgas Pangan telah menginvestigasi dugaan beras berbahan plastik atau beras sintetis yang ditemui di Bukittinggi, Sumatera Barat.
“Ini harus dilihat apakah ada bahan lain yang tercampur dalam beras itu. Apakah semua yang mengonsumsi juga mengalami gejala yang sama," kata Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto.
Menurutnya, kalau memang gejala sakit yang dialami warga Bukit Tinggi itu dari beras plastik, tentu ada banyak orang yang harusnya terkena dampak dari mengonsumsi beras tersebut. Sementara, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bukittingi bersama Satgas Pangan telah bergerak cepat. Dengan langsung turun ke lokasi.
Mengambil keterangan dari warga itu dan sampel beras yang disebut – sebut sebagai beras plastik itu sebagai bukti. Sampel berasnya sudah dikirim untuk diuji di laboratorium.