Serangan hama FAW dapat ditandai dengan adanya bekas gerekan larva pada daun tanaman. Larva FAW ditemukan pada pucuk tanaman yang menggulung dan terdapat banyak lubang bekas gerekan larva. ‘’Selain itu terdapat banyak kotoran (feses) berbentuk serbuk kasar yang menyerupai serbuk gergaji pada atas daun,’’ katanya.Hama FAW memilih tanaman jagung yang lebih muda dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. ‘’Untuk menekan populasi hama ulat gerayak jagung (FAW) dapat dilakukan secara mekanis,’’ ujarnya.
Cara mekanis ini dengan cara pengutipan atau mengumpulkan kelompok telur dan larva ulat gerayak. ‘’Pada fase ngengat, dapat dikendalikan menggunakan lampu perangkap (light trap),’’ ujarnya.Cara lain mengendalikan FAW dengan pengendali hayati menggunakan agens pengendali hayati Metarhizium anisopliae dan Bacillus thuringiensis dan pemanfaatan musuh alami. Seperti cocopet, kepik (Podisus maculiventris), kumbang koksi dan semut, serta parasitoid seperti Chelonus sp, Trichogramma sp, Telenomus sp.
Lalu, dengan pengendalian secara kultur teknis seperti menggunakan pola budidaya polikultur. Misalnya tanaman jagung yang diselingi dengan tanaman kacang atau tanaman lainnya. ‘’Diversifikasi tanaman dalam dan sekitar lahan memiliki kemungkinan lebih efektif mengembangkan musuh alami dari FAW,’’ katanya.Hal ini mengakibatkan populasi FAW terganggu hingga terputus. ‘’Alternatif pengendalian terakhir adalah menggunakan insektisida sintesis dengan bahan aktif tiametoksam, siantraniliprol dan emamektin benzoate apabila serangan ulat gerayak jagung di atas ambang ekonomi,’’ ujarnya. (sms/)
Kategori :