Stok Melimpah, Harga Bawang Jatuh

Sabtu 02 Sep 2023 - 21:25 WIB
Reporter : dedesumeks
Editor : dedesumeks

Panen Serentak, Picu Deflasi

PALEMBANG - Curah hujan yang rendah sepanjang Agustus 2023 memengaruhi ketersediaan komoditas pangan. Kondisi itu mengakibatkan perubahan harga pangan di tingkat konsumen. Secara tahunan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan lalu sebesar 3,27 persen. Secara bulanan, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyebutkan terjadi deflasi 0,02 persen. Indeks harga konsumen (IHK) juga turun dari 115,24 pada bulan sebelumnya menjadi 115,22. Meski demikian, secara year-to-date (YtD) terjadi inflasi 1,43 persen.
”Deflasi pada Agustus 2023 ini sejalan dengan kondisi tahun lalu yang mengalami deflasi lebih rendah,” ujarnya.
Penyumbang deflasi terbesar, lanjut Pudji, kelompok makanan dan minuman serta tembakau sebesar 0,25 persen. Komoditasnya, antara lain, daging ayam ras (0,07 persen); bawang merah (0,05 persen); dan telur ayam ras (0,02 persen). Selain itu, terdapat komoditas pada kelompok makanan dan minuman serta tembakau yang memberikan andil inflasi. Yaitu, beras, cabai merah, rokok kretek filter, cabai rawit, dan rokok putih. Lalu, kelompok pendidikan mengalami kenaikan 0,86 persen mtm. Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono menyatakan inflasi inti secara tahunan terjaga rendah. Tercatat inflasi sebesar 2,18 persen year-on-year (yoy). Lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,43 persen yoy. Kelompok volatile food mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Yaitu, 2,42 persen yoy bila dibandingkan dengan inflasi Juli yang deflasi 0,03 persen yoy. Kelompok administered price mencatat deflasi sebesar 0,02 persen mtm. Perkembangan itu dipengaruhi turunnya harga bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara.
”Akibat penurunan harga liquid petroleum gas (LPG) nonsubsidi di tingkat agen serta normalisasi tarif angkutan udara setelah periode libur sekolah,” terang Erwin.
Sementara di Sumsel sendiri juga mengalami deflasi pada Agustus sebesar 0,04 persen secara mtm. Kelompok pengeluaran tertinggi penyumbang deflasi Sumsel datang dari kelompok makanan, minuman dan tembakau -0,60 persen memberi andil 0,19 persen. Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto mengatakan komoditas utama yang menarik deflasi adalah bawang merah mengalami perubahan harga -20,33 persen dan andil deflasi 0,102 persen. Wahyu menjelaskan perubahan harga pada bawang merah itu terjadi akibat stok bawang merah yang melimpah.
“Stok berlebih dan panen yang terjadi serentak di sejumlah kabupaten /kota sentra produksi bawang nasional menjadi pemicu jatuhnya harga bawang merah di tingkat petani,” jelasnya.
Secara yoy Sumsel tercatat mengalami inflasi 3,19 persen karena kenaikan beberapa kelompok pengeluaran. Tertinggi penyumbang inflasi di antaranya transportasi sebesar 11,59 persen dan memberi andil inflasi 1,23 persen. Disusul kelompok pendidikan 5,48 persen dan andil inflasi 0,29 persen, serta kelompok perawatan pribadi 3,87 persen dengan andil 0,24. (fad)  
Tags :
Kategori :

Terkait