PSIKOLOG anak RSRK Charitas Palembang, Devi Delia MPSi, mengatakan, dampak psikologis bagi anak yang mengalami kekerasan seksual, biasanya lebih kepada kecemasan. "Ada kecemasan, bisa mengarah ke gangguan juga," katanya. Kecemasan korban kekerasan seksual itu banyak macamnya. Seperti masalah gangguan tidur atau sulit tidur, suka bermimpi buruk saat tidur. "Dia melihat dirinya sendiri, self image-nya bisa memandang rendah dirinya,” tuturnya. Korban akan menganggap dirinya tidak berharga, nanti juga ujung-ujungnya mengarah ke bagaimana dia berinteraksi sosial.
"Merasa kepercayaan dirinya rendah, pastinya akan berpengaruh nantinya dalam berinteraksi sosial dengan orang lain," lanjut Devi.Kemudian korban kekerasan seksual juga rentan mengalami trauma. Trauma ini bisa sampai ke gangguan post traumatic stress disorder (PTST). Sehingga si korban mengarah ke arah depresi. "Kalau depresi, ujung-ujungnya ada kecenderungan ke arah bunuh diri,” ungkapnya. Tapi itu kembali lagi, efek terburuknya biasanya dampak-dampak psikologi yang dialami korban. Mengenai pelakunya, untuk menentuka dia mengalami kelainan seksual atau penyakit, psikolog akan melihat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Dari kasus-kasus yang ada ini, oknum-oknum guru itu melakukan pelecehannya terhadap siswa SD hingga SMA/SMK. Artinya, para korban itu masih dalam batas prapuber. Belum sampai ke puber.
“Dengan gurunya itu sendiri jarak usianya sudah melebihi lima tahun, dari si anak,” duganya.Dengan perilaku atau fantasi pelaku itu, untuk melakukan dorongan seksual kepada anak di bawah umur itu melebihi 6 bulan. “Artinya memenuhi kriteria sebagai gangguan seksual,” jelasnya. Lanjut Devi, alah satu parafilia yang disebut pedofilia itu kalau untuk yang kategori korbannya itu adalah anak SD. “Tapi kalau misal korbannya anak SMA/SMK, tidak termasuk ke dalam pedofilia,” terangnya. Sering terdengar pengakuan pelaku pedofilia, bahwa semasa kecil dia pernah mengalami jadi korban serupa. Sehingga saat dewasa, giliran dia jadi pelakunya. “Memang secara penelitian, ada yang mengatakan demikian. Walaupun tidak 100 persen, korban itu sudah pasti menjadi pelaku,” ucapnya. Itu menurutnya, salah satu dampak korban kekerasan seksual. Oleh karena itu sebenarnya bisa dicegah, bila diketahui dari awal.
“Harus dilakukan intervensi dengan bantuan psikologis, dukungan dari sekitar bagaimana membantu si anak menghadapi situasi yang sudah terjadi itu bisa membuatnya bangkit lagi dari keterpurukan,” katanya.Dengan adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya, diharapkan hal-hal yang tidak diinginkan itu tidak terjadi lagi. “Karena sering sekali itu biasanya menjadi pelaku itu, bentuk kemarahan, bentuk kebencian. Membuat dia mengulangi perilaku itu. Dan kita tidak berharap itu terjadi,” harapnya. Maka dengan adanya pendampingan secara psikologis dari keluarga, dari pihak-pihak profesional, diharapkan membantu anak itu bisa melewati masa-masa suram. “Masa-masa gelap itu," pungkasnya. (nni/air)
Kategori :