PALEMBANG - Harga minyak dunia berakhir lebih rendah pada hari Rabu (23/8) karena investor tetap fokus pada kemungkinan bahwa kelesuan ekonomi Tiongkok akan terus menghambat permintaan dari importir minyak mentah utama dunia. Mengutip Reuters, minyak mentah Brent turun 43 sen atau 0,5 persen menjadi US$84,03 per barel sementara kontrak AS West Texas Intermediate (WTI) Oktober yang lebih aktif turun 48 sen menjadi US$79,64. Kontrak WTI bulan depan ditutup turun 37 sen menjadi US$80,35 per barel dengan volume yang sangat terbatas menjelang kedaluwarsa yang akan segera terjadi. Untuk diketahui, Tiongkok merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dianggap penting dalam menopang permintaan minyak selama sisa tahun ini. Aktivitas ekonominya yang lesu telah membuat pasar frustrasi karena stimulus yang dijanjikan tidak sesuai harapan, termasuk pemotongan yang lebih kecil dari yang diharapkan dalam tolok ukur pinjaman utama.
"Pengurangan produksi Saudi dan Rusia sebagian besar telah ditiadakan oleh melemahnya permintaan minyak mentah dari Tiongkok yang tampaknya berkembang bulan lalu dan cenderung berlanjut hingga sisa musim panas," kata Presiden Ritterbusch and Associates LLC Jim Ritterbusch.Di sisi lain, hal tersebut memperkuat kekhawatiran atas permintaan. Pejabat bank sentral AS tidak mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi. Menurut sumber pasar, angka American Petroleum Institute AS terus menarik stok minyak mentah yang turun sekitar 2,4 juta barel dalam pekan kemarin. Para menteri perminyakan Irak dan Turki telah membahas pentingnya melanjutkan aliran minyak setelah menyelesaikan pemeliharaan pipa, kantor berita Irak melaporkan, sebuah perkembangan yang dapat meningkatkan pasokan global. Turki telah menghentikan ekspor Irak sebesar 450.000 barel per hari (bph) atau sekitar 0,5 persen dari pasokan global melalui pipa utara Irak-Turki pada bulan Maret setelah keputusan arbitrase Kamar Dagang Internasional.
“Dimulainya kembali ekspor seperti itu dapat menambah hampir setengah juta barel per hari pada pasokan minyak global dan mengurangi pengurangan produksi tambahan secara signifikan di Arab Saudi yang diperkirakan akan berlanjut hingga bulan depan,” kata Ritterbusch.Sementara itu, Turki telah menghentikan ekspor Irak sebesar 450.000 barel per hari (bph) atau sekitar 0,5 persen dari pasokan global melalui pipa utara Irak-Turki pada bulan Maret setelah keputusan arbitrase Kamar Dagang Internasional. “Dimulainya kembali ekspor seperti itu dapat menambah hampir setengah juta barel per hari pada pasokan minyak global dan mengurangi pengurangan produksi tambahan secara signifikan di Arab Saudi yang diperkirakan akan berlanjut hingga bulan depan,” tandas Ritterbusch. (fad)