*5 Mantan Napiter Ikut Upacara HUT RI di Griya Agung
*Para Kepala Daerah Pamitan
PALEMBANG - Upacara HUT Ke-78 Kemerdekaan RI jadi momen meningkatkan persatuan dan kesatuan. Juga ajang mempererat silaturahmi kebangsaan dan kekeluargaan.
Setidaknya sisi lain itu terlihat dalam pelaksanaan upacara 17 Agustus di Griya Agung, Palembang.
Di barisan para undangan, ada lima pria berpakaian batik, dengan kain merah putih seperti kacu pramuka melingkar di leher, menutupi sebagian bahu.
Kelimanya mantan napi kasus terorisme yang pertama kali terungkap di Palembang. 2008 silam. Baru bebas 2015 lalu.
Mereka, Abdurrahman Taib, Syafrianto, Suwarto, Arafik dan Herli.
“Beberapa hari lalu kami dapat undangan. Tentu antusias ikut upacara hari ini.
Kami merasa masih bagian dari NKRI,” ujar Abdurrahman Taib, yang juga ketua Yayasan Pelita Indonesia Sumsel, usai upacara.
Menurut Abdurrahman, mereka sudah berdamai dengan masa lalu. "Waktu itu kita punya perbedaan ideologi. Pemahaman secara radikal ingin menegakan syariah Islam di Indonesia.
Tapi Indonesia bukan Islam dan kami sudah menerima itu. Kembali ke NKRI,” katanya
Kelimanya kini kembali ke tengah masyarakat. Menjalani hidup normal seperti yang lain. Abdurrahman misalnya. Ia kini buka usaha laundry di kawasan Sukawinatan, Sukarami.
Meski ada yang tahu kalau dia pernah menjalani hukuman di penjara, tapi masyarakat sekitarnya memperlakukan dia dengan baik. Walau pun ada pula yang masih mengucilkan.
"Tapi mereka tetap menerima, meski belum terbuka," tukasnya.
Upacara di Griya Agung mulai pukul 09.00 WIB. Gubernur Sumsel H Herman Deru sebagai Inspektur Upacara. Komadan upacaranya Letkol inf Roni Sugiarto (Dandim 0430 / Banyuasin).
Pembawa baki bendera Merah Putih Gesya Bilbina Adrein, siswi dari OKU.
Para tamu undangan hadir mengenakan pakaian adat daerah Sumsel. Seperti Ketua TP PKK Sumsel, Febrita Lustia yang mengenakan pakaian adat Pagar Alam.