BANTEN – Ketika masuk Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pelancong akan disambut tugu “Selamat Datang di Saba Budaya Baduy”. Bagian atasnya tertera logo Krakatau Steel (KS) menandakan kampung Suku Baduy ini telah menjadi binaan sejak lama.
Kendati masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi, urang Kanekes kini tak hanya berprofesi sebagai petani atau peladang (ngahuma). Mereka juga punya pekerjaan sampingan seperti membuat kerajinan anyaman dan rajutan, menenun kain khas Baduy, berjualan makanan minuman, kain batik, pakaian, madu, bahkan menjadi pemandu wisata.
Kehadiran PT Krakatau Steel (Persero), Tbk lewat program TJSL (tanggung jawab sosial lingkungan) nyatanya membuat pelaku UMKM masyarakat adat Baduy cepat berkembang. Tak heran setelah menjadi Desa Wisata Saba Budaya (Baduy luar), sudah banyak sekali rumah-rumah adat Suku Baduy memasarkan produk kerajinan khas ke para wisatawan yang singgah. Mereka memajangnya di bale-bale dan bilik-bilik (dinding) rumah, atau menggantungnya di atas sosoro (teras). Sambil menikmati keasrian kampung Baduy yang hijau dan alami, pengunjung bisa melihat-lihat dan membeli hasil kerajinan sebagai oleh-oleh.
Seperti kain tenun Baduy seharga Rp150 ribu hingga Rp1,2 juta yang dipamerkan rumah UMKM Karya Heuleut Kanekes. Usaha milik Amir bin Salim, mitra binaan Krakatau Steel itu berada di Kampung Kadu Ketug. “Saya menjual kain tenun Baduy, sal, selendang, tas rajutan, minuman jahe, aneka souvenir, dan lain sebagainya. Sekarang produksi sebulan mencapai ribuan lembar/pieces produk. Ada 15 karyawan diberdayakan, tapi saya juga memasok produk dari UMKM lain. Di Kampung Kadu Ketug saja mungkin ada sekitar 40-50 pelaku UMKM,” ujarnya kepada Sumatera Ekspres, Selasa (8/8).
Dengan stok produk sebanyak itu, Amir mengaku bisa mengantongi omset bersih mencapai Rp10-15 juta per bulan. Tapi tak hanya menjual langsung di desa, ia juga memasarkan di kanal online. Ada yang lewat marketplace atau media sosial (WhatsApp, Instagram, Facebook), ada pula pesanan resseller maupun distributor dari berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Sumatera. Pengirimannya menggunakan jasa kurir atau ekspedisi.
Diakuinya, cukup banyak masyarakat luar tertarik dengan kain khas Baduy, baik langsung dipakai atau dipadupadankan dengan kain khas Nusantara lain. “Banyak pula desainer lokal membeli dan memotongnya menjadi busana fashion. Bahkan kain tenun Baduy kami sudah sampai Amerika dibawa para desainer,” terangnya. Semua keberhasilan ini, lanjut Amir, tak lepas dari bantuan permodalan dan pendampingan Krakatau Steel selama 15 tahun terakhir. UMKM Karya Heuleut Kanekes pun tumbuh besar setelah BUMN produsen baja ini menggandengnya menjadi mitra binaan.
“Banyak UMKM di kampung kami yang jadi mitra binaan, termasuk ayah saya. Usaha ini turunan orang tua, ayah saya merintisnya tahun 2008. Saat itu pula Krakatau Steel masuk dan memberikan pembinaan,” ceritanya. Semula UMKM-nya dipinjami modal Rp3 juta, lunas dipinjami lagi Rp15 juta, dan sekarang menjadi Rp30 juta dengan tenor pinjaman 1-2 tahun dan bunga 0,3 persen per tahun.
Sangat murah hingga angsuran terakhir pun tak terasa. “Dari modal sedikit demi sedikit itulah produksi kami terus berkembang dan kini mampu memberdayakan pula masyarakat sekitar,” paparnya. Tak hanya di hulu, kontribusi program TJSL Krakatau Steel juga sampai ke hilir, sampai UMKM sukses.
“Jujur kami terbantu sekali dengan adanya Krakatau Steel. Selain pinjaman berbunga rendah, perusahaan ini juga memberikan pembinaan, pendampingan, pelatihan kewirausahan, membantu promosi, hingga mengajak UMKM pameran ke berbagai kota di Indonesia. Ini yang sangat penting, kami bisa belajar dan menambah pengetahuan berwirausaha,” tutur Amir.
Dia sendiri sempat diajak pameran ke Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lainnya. “Biasanya ikut pameran 3 bulan sekali dan setiap ekshibisi berlangsung 5 hari. Hasilnya luar biasa, omset sehari bisa sampai Rp10-15 juta. Hitung saja kalau 5 hari acara berarti penjualan tembus Rp60 juta-an, 4 kali lipat dari omset bulanan. Makanya kami berharap sekali pameran ke luar kota bersama Kratakau Steel terus berlanjut di masa-masa mendatang,” imbuhnya.
Terutama pada event-nya berskala nasional, Amir bisa bertemu langsung dengan konsumen maupun desainer ternama. “Selain efektif meningkatkan penjualan UMKM, pameran mempopulerkan hasil karya urang Kanakes, dan kami bisa gaet konsumen atau resseller baru,” pungkasnya.
Kepedulian Krakatau Steel terhadap sosial dan lingkungan sesuai dengan tagline perusahaan “Explore to Empower”. Ini mengisyaratkan emiten berkode saham KRAS itu punya tekad yang kuat memajukan Indonesia. Tak hanya membangun kemandirian industri nasional (perekonomian) dengan core business-nya, juga melalui program TJSL yang menciptakan kemakmuran dan mengangkat derajat masyarakat.
Ketua Klaster Mitra Binaan Krakatau Steel Area Baduy, H Medi menjelaskan ratusan UMKM urang Kanekes telah menjadi mitra binaan Krakatau Steel. “KS masuk kampung masyarakat adat Baduy ini sudah puluhan tahun, soalnya sebelum saya berkeluarga. Sekarang generasi kedua dan ketiga,” ceritanya pada podcast bersama Corporate MC Host of Podkras by KS Yudha Dwi Laksono di Youtube KRAS, Juni 2023.
Menurutnya, kehadiran Krakatau Steel sangat membantu masyarakat adat Desa Kanekes dalam menambah penghasilan di bidang UMKM atau kriya. “Desa kita punya 72 kampung, terbagi menjadi 3 kampung Baduy Tangtu (Baduy Dalam) dan 69 kampung Baduy Panamping dan Dangka (Baduy Luar). Total penduduk lebih dari 20 ribu jiwa dengan 3.500 KK (kepala keluarga), menempati wilayah seluas 5.108 hektar,” lanjut Medi.
Banyak warga Baduy menjadi perajin-pedagang dan sebagian besar mendapat permodalan serta pembinaan dari Krakatau Steel. “Alhamdulillah termasuk saya. Ini sama sekali bukan settingan, tapi kisah nyata. Dulu sistem permodalannya berkelompok, saya juga sempat ikut kelompak sekitar tahun 1990-an. Kami dibina dari dulu hingga sudah beranak cucu,” ujar Medi.