PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Awal Mei ini merupakan puncak suhu maksimum pertama. Curah hujan menurun menuju musim kemarau. Udara akan terasa panas menyengat. “Memang saat siang terasa di kulit panasnya begitu menyengat. Seperti terbakar. Entah berapa derajat suhunya,” kata Diah, seorang ibu rumah tangga, warga Sukarami, yang sering berkegiatan di luar rumah. Namun, dia bersyukur karena sesekali masih turun hujan. Sehingga sumur di rumahnya tidak kering. “Secara klimatologis, puncak suhu maksimum pertama terjadi pada awal Mei. Sedangkan puncak kedua dan tertinggi terjadi pada akhir Oktober,” ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis melalui Koordinator Bidang Data dan Informasi, Nandang Pangaribowo SKom, kemarin. BACA JUGA : Konser Cuaca Panas, Penonton Pingsan Musim kemarau awal Mei ini diprediksi terjadi pada wilayah OKI bagian selatan. Kemudian meluas ke wilayah Sumsel bagian timur pada pertengahan Mei. Turunnya curah hujan akan diikuti kelembapan yang menurun pula. Terjadi peningkatan lama penyinaran matahari. Dampaknya, radiasi matahari akan lebih banyak yang sampai ke permukaan bumi. “Dengan kelembapan rendah, sinar matahari yang sampai ke bumi akan terasa lebih menyengat,” jelasnya. Nanda mengatakan, masyarakat tidak perlu panik menyikapi informasi suhu panas tersebut.
Kategori :