Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ideal

Senin 08 May 2023 - 23:01 WIB
Reporter : Edi Purnomo
Editor : Edi Purnomo

PALEMBANG - Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2023 bisa dikategorikan underperformed. Dengan adanya pencabutan PPKM, seharusnya konsumsi rumah tangga sebagai komponen penyumbang PDB terbesar tumbuh di atas 5 persen. Sayangnya hanya mampu tumbuh 4,54 persen. “Di bawah kinerja ideal,” kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira.

Artinya, ada penghambat utama masyarakat mengeluarkan uang untuk belanja. Salah satunya karena tingginya inflasi pada kuartal I 2023. Dibarengi dengan kenaikan suku bunga pinjaman hingga ketidakpastian situasi ekonomi global. “Masyarakat menengah atas akan lebih responsif dengan tahan belanja karena kondisi makro, sementara menengah bawah masih terjadi tekanan lapangan kerja,” ujarnya.

Kinerja ekspor yang tumbuh melambat dibanding kuartal IV 2022 perlu diwaspadai, karena berpengaruh pada motor pertumbuhan sepanjang 2023. Tahun lalu, ada bonanza komoditas disumbang dari CPO, batu bara, dan barang lainnya. Tahun ini seluruh pelaku usaha dan pemerintah harus mengantisipasi koreksi tajam harga komoditas ekspor. “Kita perlu switch ke penguatan pasar domestik dan meningkatkan porsi ekspor manufaktur ke negara-negara alternatif,” imbuhnya.

Pertumbuhan kinerja pembentukan modal tetap bruto (PMTB) cukup mengecewakan. Hanya, 2,11 persen yoy. Jauh lebih rendah dibanding kuartal I 2022 sebesar 4,08 persen yoy. Angka tersebut berbanding terbalik dengan klaim realisasi investasi pemerintah yang naik pesat. Justru, prospek investasi bisa semakin melemah. Akibat faktor global dari sisi triple crisis yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Yaitu krisis gagal bayar utang, krisis perbankan, dan ancaman resesi ekonomi.

Tantangan ekonomi di kuartal II 2023, khususnya pascalebaran diperkirakan semakin kompleks. Konsumsi rumah tangga bisa saja lebih rendah pada periode berikutnya. Sebab, indikator inflasi inti pada April 2023, yakni 2,83 persen yoy. Lebih rendah dari Maret sebesar 2,94 persen yoy. Inflasi inti menunjukkan dorongan sisi permintaan yang melemah.

Selain itu, pascalebaran adalah low-season sehingga daya dorong konsumsi sebaiknya dibangkitkan dengan mempercepat serapan belanja pemerintah, mengendalikan inflasi sisi pasokan terutama transportasi dan pangan, hingga menurunkan kembali pajak-pajak yang hambat pemulihan ekonomi. “Tanpa upaya extraordinary dari pemerintah, niscaya ekonomi kehilangan tenaga untuk dapat mencapai target pertumbuhan 5,3 persen pada 2023. CELIOS memproyeksikan ekonomi pada 2023 diperkirakan berkisar 4,9 sampai 5 persen yoy,” pungkasnya. (jp/fad)

Tags :
Kategori :

Terkait