Keberkahan Sahur
*HIKMAH RAMADAN
Keberkahan dapat diartikan mengandung berkah atau mendatangkan berkah. Menurut para ahli bahasa Arab, berkah berasal dari kata birkah; yang berarti kolam/bak berisi air yang melimpah-limpah.
Menurut makna tersebut, secara sederhana berkah dapat diartikan dengan sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan yang banyak. Mendatangkan berkah dapat dimaknai membawa efek kebaikan dan kemaslahatan menurut kacamata Islam, lebih-lebih kepada pelakunya.
Pemberi berkah dalam kontek tauhid sesungguhnya hanya wewenang Allah SWT. Tak ada seorang pun yang dapat memberkahi hidup ini, kecuali atas karunia-Nya. Itulah yang paling sering kita ucapkan do`a ketika ketemu dengan mengucapkan salam: Assalamu`alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh, ”keselamatan, rahmat dan berkah Allah SWT semoga tetap padamu”.
Jika ada seseorang yang meyakini suatu barang/benda maupun wali/ulama` dapat mendatangkan berkah (memberkahi), sesungguhnya ia sudah termasuk syirik, karena meyakini selain Allah SWT ada tandingan.
Sering menjadi kebiasaan masyarakat awam, seseorang ingin bersalaman dengan ustadz/kiai/syech, konon mengambil berkahnya. Bahkan bekas/sisa air minumnya pun untuk rebutan, lagi-lagi mencari berkahnya. Mentawafkan kopiah ketika haji, membawa kerikil dari mina, dengan maksud dapat berkah, dan lain sebagainya. Perilaku semacam ini wajib segera kita luruskan, karena sudah terjadi penyimpangan aqidah.
Kata sahur, jika dirujuk dari QS. 51: 18 adalah nama waktu, yaitu waktu disepertiga malam akhir. Waktu ini dalam ayat tersebut dinamakan waktu sahur. Pada waktu inilah jika keesokan harinya akan berpuasa, kita disunnahkan makan sahur (makan/ minum), sekitar pukul 03.00 hingga fajar shadiq. BACA JUGA : Interpol Turun Tangan
Rasulullah SAW berpesan dalam salah satu sabdanya kurang lebih maknanya demikian: ”... Bersahur itu suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan minum seteguk air... ”. (HR. Ahmad dari Abi Sa`id)
Berdasarkan hadis di atas bangun untuk bersahur sangat ditekankan, meskipun hanya dengan minum seteguk air. Dari segi ini kita patuh terhadap salah satu sunnah Rasul. Jika direnungkan, sesungguhnya seberapa efek kekuatan fisik yang diperoleh bersahur dengan hanya minum seteguk air?
Meskipun demikian Allah SWT menjanjikan hal ini mendatangkan keberkatan tersendiri. Jika dilihat dari disisi lain, agaknya inti persoalan kita dianjurkan bangun, bukan untuk makan/minum sahur, tapi terdapat sejumlah hikmah dan berbagai keberkahan lain.
Beberapa keberkahan sahur antara lain adalah, pertama setelah memasuki bulan syawal (pasca Ramadan) sudah terpola untuk bangun di sepertiga malam akhir, tentunya untuk melakukan qiyamul-lail (shalat tahajud) di keheningan malam, (QS.51:17, 17:79, 73:1-6). Kedua, dengan bangun waktu sahur kita dapat tilawah Alquran dan memahami isinya, (QS.73:4).
Ketiga, dapat dengan mudah untuk menunaikan shalat subuh berjemaah di masjid/musala/surau pada awal waktu. Keempat, dapat lebih awal untuk mempersiapkan diri mencari karunia Allah SWT (ma`isyah) di muka bumi ini.
Kelima, merupakan suatu tanda kemenangan dan kesuksesan di hari itu. Karena dengan pergi ke masjid salat subuh berjemaahm berarti ia telah mengawali harinya dengan bendera iman (birayatil-Iman). Allahu a`lamu bis-shawab.(*/)