Iran Desak AS Tinggalkan Kebijakan Masa Lalu Terkait Teheran
Iran desak AS untuk meninggalkan kebijakan ‘tekanan maksimum’ yang terbukti memperburuk situasi, sambil memperingatkan dampak meluasnya konflik di Gaza dan Lebanon. Foto:Ist/Sumateraekspres.id--
SUMATERAEKSPRES.ID – Iran kembali mendesak Amerika Serikat untuk meninjau ulang kebijakan "tekanan maksimum" yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap Teheran selama masa kepresidenannya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Presiden Iran untuk Urusan Strategis, Mohammad Javad Zarif, pada Sabtu (10/11), yang menegaskan bahwa kebijakan tersebut hanya membawa kerugian bagi kedua belah pihak.
"Presiden Trump harus menunjukkan bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahan kebijakan yang telah diterapkan sebelumnya," ujar Zarif dalam sebuah wawancara dengan wartawan.
BACA JUGA:AS Kirim Jet Tempur F-15, Tanda Dukungan Israel Hadapi Ancaman Iran
BACA JUGA:Iran Tetap Kembangkan Nuklir, Tegaskan Tujuan Damai di Tengah Ketegangan Global
Kebijakan "tekanan maksimum" yang diterapkan Trump sejak 2018 berfokus pada pengenaan sanksi ekonomi yang semakin memperburuk hubungan antara AS dan Iran.
Hal ini berlanjut dengan penarikan AS dari perjanjian nuklir 2015, yang sebelumnya telah ditandatangani antara Iran dan enam negara besar, termasuk Amerika Serikat.
Setelah penarikan itu, Iran mulai melanggar ketentuan-ketentuan perjanjian, termasuk dengan memperkaya uranium hingga tingkat 60 persen—dekat dengan tingkat yang diperlukan untuk senjata nuklir.
BACA JUGA:Iran Kritik Kehadiran Pesawat Pengebom B-52 AS Ganggu Stabilitas Kawasan
BACA JUGA:Israel Perkuat Pangkalan Udara Nevatim dan Tambah Pengamanan Bagi Pejabat Tinggi dari Ancaman Iran
Potensi Perluasan Konflik
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, memperingatkan bahwa ketegangan yang berkembang antara Israel dan kelompok-kelompok yang didukung oleh Iran, seperti di Gaza dan Lebanon, dapat meluas ke luar wilayah Timur Tengah.
Ia menyatakan bahwa ketidakamanan dan ketidakstabilan yang disebabkan oleh konflik tersebut berpotensi berdampak negatif pada kawasan yang lebih luas, bahkan jauh di luar Asia Barat.
"Sangat penting bagi dunia untuk memahami bahwa jika perang ini meluas, dampaknya tidak akan terbatas pada kawasan ini saja," ujar Araghchi. "Ketidakstabilan ini dapat merambat ke negara-negara lain."
BACA JUGA:Iran Siapkan Senjata dan Hulu Ledak Lebih Kuat untuk Ancaman Balasan Terhadap Israel di Timur Tengah