Dulmuluk Dulmalik Kenalkan Budaya Sumsel, Jadi Sumber Inspirasi
TALKSHOW : Pemeran Dulmuluk Dulmalik bincang film berlatar belakang budaya Sumsel di Studio PalTV, Grup Sumatera Ekpsres, kemarin (20/6). Mereka yang hadir, yakni Bagas Ran, Roy Marten, Dwi Yan, serta Anwar Puadi.-foto: evan/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Bagas Ran, pemeran utama Dulmuluk Dulmalik bersama tiga aktor senior Roy Marten, Dwi Yan, dan Anwar Puadi datang ke dapur PalTV, grup Sumatera Ekspres mengupas film Dulmuluk Dulmalik yang merupakan film nasional pertama berbahasa Sumatera Selatan (Sumsel).
Film itu di-launching di salah satu bioskop Palembang, Kamis (20/6).
Bagas Ran mengatakan film Dulmuluk Dulmalik ini bergenre horor komedi yang mengangkat legenda kesenian Sumsel. "Film ini dirilis pada hari ini (kemarin, red) di bioskop Palembang dan kita para pemain hadir langsung," terangnya usai talkshow bersama PalTV.
Menurutnya, film besutan sutradara berpengalaman Aditya Gumay ini menggabungkan unsur jenaka dengan konsep horor komedi menampilkan para bintang film tersohor, sekaligus menggaet putra putri daerah meramaikan industri perfilman Tanah Air.
Pemeran film ini ada Anwar Puadi yang juga bertindak sebagai Co Produser. Selanjutnya film berbahasa Palembang ini juga diramaikan aktor dan aktris terkenal seperti Meriam Bellina, Bagas Ran, Aty Kanser, Qya Gus Ditra, Diza Refengga, Nabila Wulansari, hingga Keisha Clarabella. Selain mereka, ada juga Ratu Aura, Saqilah Salwa, Putri Herlyana, Geraldean Casillas, Muhammad Ikram, Aulia Syafira, Kalisha Lyfira, Ahmad Guevara Lee, Cahyani Amelia, Alilah Najwa, Roy Martin, dan Dwiyan.
BACA JUGA:Kisah Dulmuluk dan Teater Anak Negeri, Diyakini Lahir di Kampung Tanggotakat Palembang
BACA JUGA:Dulmuluk-Dulmalik, Film Horor Komedi Palembang, Pj Gubernur Sumsel Jadi Bintang Tamu
Film "Dulmuluk Dulmalik" menjanjikan pengalaman yang unik dan menghibur bagi penonton Indonesia. "Durasi filmnya sekitar 90 menit," ucapnya seraya mengatakan ada tiga tempat lokasi syuting yakni Pagaralam, SMA Negeri Sumsel, dan Puncak Bogor.
Senada Roy Marten mengaku film ini mengenalkan budaya dan kekayaan Sumsel. "Saya sangat terkesan dengan film ini. Namun saat syuting terkendala menggunakan bahasa Palembang," ucapnya seraya mengatakan film ini bisa menjadi sumber inspirasi baru bagi dunia perfilman.
Dwi Yan menyebut film ini bisa menjadi inspirasi baru. "Pemerintah daerah perlu memberikan apresiasi kepada film ini, terutama daerah yang keseniannya diangkat. Misal Aceh punya nama begitu, juga Palembang Sumsel juga punya nama. Namun perlu dukungan pemda," ungkapnya. Sekarang ini sangat mudah buat film, anak muda dengan pakai hp saja bisa buat film pendek. Namun perlu dibantu pengembangannya oleh pemda.
Sementara Anwar Puadi mengaku sudah 50 tahun berkecimpung di dunia akting. "Awalnya saya berpikir buat film bahasa Palembang. Targetnya karena cinta Palembang dan meningkatkan budaya Sumsel. Filmnya buat saya sangat bagus," sambung dia. Sebagai aktor senior dirinya memberikan tips jaga kesehatan, penampilan, kantong. “Jangan galak minjemin orang uang. Teman hilang uang hilang ketika dipinjemi dia lari. Jaga silaturahmi, jangan sampai putus dalam segala hal. Banggalah jadi orang Palembang," tutupnya. (*)