Pentingnya Niat dalam Berpuasa

Iwan Andhyantoro SKM MKes CHT Penyuluh Kesehatan Ahli Madya RS Erba/Dosen/Praktisi Hypnotherapy-Foto: Ist-

SUMATERAEKSPRES.ID - Niat adalah motif dasar yang melatar belakangi  sebuah  perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang . Niat adalah amalan hati (amaliyah qolbiyah), sehingga hanya Allah SWT dan orang tersebut yang tahu soal niat atau motif yang melatarbelakangi  sebuah  perbuatan yang dilakukannya. 

Niatlah yang  membedakan  apakah sebuah tindakan bernilai  ibadah atau tidak.  Seperti dalam hadis  tentang niat  ‘Innamal a’malu binniyat’, yang artinya:  Sesungguhnya amal seseorang  tergantung dari niatnya, dan bagi setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang diniatkannya.

Makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk belajar. Entah itu hewan apalagi manusia. Bahkan secara fisiologis pun, tubuh kita senantiasa belajar dan terus beradaptasi terhadap segala situasi dan kondisi yang terjadi.  

Biological Rhythm manusia bisa berubah-ubah menyesuaikan dengan apa yang terjadi padanya.  Ketika kita sedang berpuasa di bulan Ramadan ini,  kita mengalaminya, karena terjadi perubahan pola makan, bahkan pola tidur, dan aktivitas harian.  

BACA JUGA:Sukses Berpuasa Saat Cuaca Panas, Ini Tips yang Bisa Dilakukan

BACA JUGA:Pasti Kamu Suka, 14 Aneka Salad dan Asinan Buah Buahan Yang Sehat Untuk Tubuh Setelah Seharian Berpuasa

Yang menjadi pertanyaan, mengapa ketika kita sudah melewati beberapa hari menjalankan  puasa,  kita tidak  lagi merasa lapar pada saat jam makan siang? Padahal selama ini di jam yang biasanya kita makan siang, perut terasa keroncongan. Bahkan kadang terasa pedih yang disebabkan oleh mengucurnya asam chlorida (asam lambung) ke dalam lambung, yang membuat kita harus bersegera mencari makanan untuk disantap.

Inilah peran pentingnya niat. Manusia punya berbagai kebiasaan. Salah satunya adalah kebiasaan makan. Misalnya sudah menjadi  rutinitas  terjadwal  bahwa  pada jam 7 pagi  adalah waktunya sarapan, jam  1 siang saatnya  makan siang, dan jam 7 malam tiba waktunya makan malam. 

Kebiasaan ini membentuk semacam ‘alarm’ atau lonceng penanda di pikiran bawah sadar yang menyebabkan secara otomatis di jam-jam tersebut  tubuh akan memperingatkan  supaya kita makan. Biasanya disertai  dengan peningkatan produksi asam lambung yang memunculkan sensasi  rasa lapar dan perut keroncongan. 

Uniknya ketika kita berniat dengan sungguh-sungguh dan memantapkan hati untuk berpuasa, maka terjadilah proses ‘self talk’,  yang  merupakan sebuah instruksi pemrograman pikiran bawah sadar   dengan merubah  pola   mode makan 3 kali sehari,  di-switch menjadi  mode puasa  dengan pola makan hanya  2 kali sehari.

Di mana jam makan pagi diubah menjadi lebih awal (makan  sahur). Begitu pula jam makan siang dihilangkan menjadi hanya makan malam (berbuka puasa). Ketika instruksi pemrograman berhasil diterima oleh pikiran bawah sadar dengan baik, maka secara bertahap sistem fisiologis tubuh berubah dan menyesuaikan.

BACA JUGA:Manfaat Kesehatan dari Berpuasa: Kunci untuk Tubuh yang Lebih Sehat

BACA JUGA:7 Tanda Bayi Mengirim Sinyal Lapar Saat Ibu Berpuasa, Cek Bund!

Sehingga  ketika  siang hari yang biasanya merasa lapar karena produksi asam lambung meningkat saat jam makan siang, tapi ketika berpuasa itu tidak terjadi. Kita tidak merasa lapar. Fisik pun menyesuaikan diri ketika harus  tetap beraktivitas harian. Padahal  asupan nutrisi dan kalori dengan jumlah yang tidak sebanyak ketika kita tidak berpuasa. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan