Mitigasi Bencana, Kurangi Dampak Emisi

LIHAT PRODUK : Asisten Pemerintahan dan Kesra, Edward Chandra (kiri) melihat produk ramah lingkungan saat acara Rakornis, kemarin.-Foto : KRIS SAMIAJI/SUMEKS -

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pertumbuhan ekonomi Sumsel pada kuartal ketiga 2023 lalu mencapai 5,04 persen. Di atas pertumbuhan ekonomi Sumatera yang sebesar 4,50 persen dan pertumbuhan nasional 4,90 persen. Pertumbuhan ini tetap konsisten berada di atas pertumbuhan Sumatera dan nasional selama 3 tahun berturut-turut. 

Ini menunjukkan ekonomi Sumsel mampu bangkit lebih kuat di tengah ketidakpastian dinamika global. Pertumbuhan ekonomi semakin meningkat berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas di wilayah Sumsel. 

“Ini sesuai dengan tiga pilar. Pertama keuntungan ekonomi, begitu juga secara sosial dan ramah lingkungan,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemprov Sumsel, Edward Chandra, pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Pengendalian Perubahan Iklim Regional Wilayah Sumatera dengan tema “Peran Provinsi, Kabupaten/Kota Dalam Mendukung Capaian NDC Melalui Aksi Mitigasi dan Adaptasi di Tingkat Tapak” di Hotel Santika Premier Bandara, kemarin (30/1). 

Dampaknya meningkatkan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang. “Untuk itu Provinsi Sumsel berkomitmen melindungi serta memperbaiki lingkungan hidup. Dengan cara meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu terwujudnya Sumsel yang unggul dan terdepan. Dengan meningkatnya pelestarian lingkungan dan menurunkan risiko bencana,” tegasnya.  

BACA JUGA:Pj Bupati OKU Tunjukkan Dukungan ke Galeri Dekranasda, Demi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kreatif di OKU

BACA JUGA:Ekonomi Kian Sulit, Rakyat Butuh Perubahan, Anies Beri Solusinya

Dirjen Perubahan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Laksmi, mengatakan, sektor kehutanan sudah bisa mengurangi emisi dan pemasanan global. Terutama melalui pencegahan bahaya kebakaran hutan dan tanaman. “Tahun lalu kita mengalami suhu terpanas. Bahkan sekitar Juli 2023, kita mengalami suhu ekstrem,” kata dia. 

Kemudian menghadapi tantangan kebakaran hutan dan lahan. “Tahun 2023 dampak el nino sangat tinggi. Tetapi luas kebakaran hutan jauh lebih rendah dibanding 2019. Mudah-mudahan kita bisa terus mengantisipasi hal tersebut. Diperkirakan tahun 2024 juga terjadi el nino yang sangat tinggi suhunya,” kata dia. 

Begitu pula sektor industri, pertanian, dan peternakan untuk mengurangi pemanasan global atau mengurangi emisi rumah kaca. “Insya Allah dalam waktu dekat DLHK akan mengeluarkan dokumen, yang di dalamnya ada panduan mengurangi emisi. Termasuk sampah dan pegelolaan sampah domestik. Kita tidak mau kejadian serupa berulang, ada 3 TPA terbakar selama musin el nino,” kata dia. 

Mudah-mudahan tahun ini dan tahun depan, sampah bisa dikelola lebih baik lagi. “Saya ingin menggaris bawahi pancapaian ini perlu komitmen kerja keras, kolaborasi, dan peran serta pemangku kepentingan. Saya berharap rapat kerja teknis dapat memperkuat kolaboratif dalam menjaga perubahan iklim sehingga bisa mencapai target dan mengawal Indonesia Emas tahun 2045,” kata dia. (iol/fad)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan