Intervensi Kebijakan 'Salah, Laju Pengentasan Kemiskinan Sumsel Melambat: Penurunan Hanya 0,2 Persen Per Tahun
Penurunan kemiskinan di Sumsel hanya 0,2 persen per tahun. Kebijakan berbasis data jadi solusi! Foto: dila/sumateraekspres.id--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Laju pengentasan kemiskinan di Sumsel terbilang sangat lambat. Selama rentan 15 tahun (2014-2024) penurunan kemiskinan hanya 0,2 persen.
Dimana dari 11 persen turun dikisaran 10 persen. Hal ini terjadi banyak faktor. Salah satunya, salahnya intervensi dan kebijakan yang diterapkan pemerintah
Hal tersebut diungkapkan Koordinator Penanggulangan Kemiskinan Edi Safrijal, Spesialis Koodiantor Pemerintah Pusat - Daerah Untuk Penanggulangan Kemiskinan saat rapat koordinasi Penanggulan Kemiskinan dan Tim Percepatan Penurunan Stunting, di Beston (11/12).
"Selama 10 tahun terakhir, rata-rata penurunan tingkat kemiskinan di Sumsel hanya mencapai 0,2 persen per tahun. Pada periode 2014- 2024," kata dia
BACA JUGA:Pajang Tumpukan Uang Rp288 Miliar BB Kasus Korupsi, Coba Untuk Rakyat Miskin
BACA JUGA:Tekan Angka Kemiskinan Ekstrem
Ia pun menekankan, pendekatan yang tepat adalah menciptakan kebijakan yang berfokus pada pembangunan manusia, bukan hanya pembangunan infrastruktur.
"Masa iya, hingga sekarang penurunan kemiskinan hanya 10 persen? Artinya, ada yang salah dalam kebijakan yang dilakukan. Fokus yang terlalu besar pada infrastruktur mengabaikan kebutuhan mendasar masyarakat,"katanya.
Ia pun menegaskan, pertumbuhan ekonomi di Sumsel menunjukan baik namun perlu diketahui bahwa hanya menjangkau kelas menegah.
Karena mereka, sehat, punya network dan pendidikan tinggi dan lainnya. Sedangkan yang miskin tidak ada.
"Maka, bukan pertumbuhan ekonomi didorong tetapi menginklusifkan pertumbuhan ekonomi. Bukan apa apa ya, kalau tidak bisa diakses mereka yang miskin maka pertumbuhan ekonomi itu belum memberikan kontribusi terhadap kesejateraan. Ya bisa dibilang pertumbuhan tidak berkualitas,"
Untuk menciptakan perubahan nyata, langkah pertama adalah merumuskan kebijakan yang berbasis data dengan target yang jelas.
"Kita harus punya rumus yang jelas tentang kemiskinan, termasuk siapa yang membutuhkan intervensi, dari mana harus memulai, dan langkah apa yang paling efektif dilakukan," katanya.
