Jika Hujan Hanya Hanya Kunjungi Satu Desa, Senang Banyak Mengenal Petani
Titik Mardiyah, petugas PPEP di Kecamatan Air Sugihan, OKI
Menjadi petugas PPEP dilakoni Titik Mardiyah (36) dengan senang. Apalagi jika sudah bertemu dengan petani berbagi ilmu. Itulah saat-saat yang disukai Titik. Berbagai kendala yang dihadapi dilapangan tak menyurutkan langkahnya.
KHOIRUNNISAK - OKI
KONDISI jalan yang rusak terkadang masih menjadi kendala Titik Mardiyah (36) dalam menjalankan tugasnya sebagai pendamping PPEP di Kecamatan Air Sugihan OKI. Namun dukungan keluarga yang luar biasa membuat Titik semangat menjalankan tugasnya.
Setiap hari dirinya selalu mengunjungi sembilan desa di Kecamatan Air Sugihan. Desa yang dikunjunginya diantaranya Desa Negeri Sakti, Pangkalan Damai, dan Desa Tirta Mulya. Jika ke lapangan, Titik selalu mengendarai motor. ‘’Jika kondisi cuaca bagus atau tak hujan, dalam sehari saya bisa mengunjungi lima desa binaan,’’ katanya.
Tetapi, lanjutnya, jika hujan dirinya hanya bisa mengunjungi satu desa. Itupun terkadang datang sore hari. Tak jarang, Titik menitipkan sepeda motornya dengan petani. Lalu, dirinya minta diantar pulang. ‘’Disini jalannya banyak yang sulit dilalui. Jalan masih berupa tanah dan jika hujan menjadi lengket dan licin,’’ katanya.
Untungnya, semua petani disini baik-baik. Tak sulit jika dimintai bantuan. Tak hanya itu, semua petani mau menerima dan berbagi ilmu. ‘’Jika ada materi yang disampaikan mereka mau menerima meski mereka kesulitan menerapkannya seperti penggunaan pupuk organik,’’ katanya.
Untuk pupuk organik, lanjutnya, masih banyak yang sulit mempraktekkannya di lapangan. Misalnya 14 hari menyemprot dan 14 hari lagi menyemprot kembali mereka menanyakan waktunya terlalu lama dan tidak bisa beristirahat. Berbeda jauh jika menggunakan pupuk non organik yang lebih cepat penggunaannya. ‘’Jadi kalau penggunaan pupuk non organik masih banyak sekali," beber alumni Jurusan Hama Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Palembang.
Meski demikian, dirinya akan terus memberikan informasi seputar pemanfaatan pupuk organik kepada petani terutama manfaatnya kedepan. ‘’Karena ilmu harus dibagi agar terus bermanfaat,’’ katanya.
Soal sistem pertanian disini, lanjutnya, berupa sistem pasang surut dengan menggunakan IP100 seperti di Desa Sukamulya dan Tirta Mulya. Disini lebih kurang 100 hektar luas tanaman padi. Sekarang lagi menanam palawija, jagung atau lainnya.
Dikatakan, karena kurang air petani tidak bisa serempak melakukan penanaman palawija. ‘’Ada yang sudah bertanam ada yang belum. Tapi hasilnya bagus baik padi maupun tanam palawija. Hal yang selalu mengganggu petani saat musim panen yakni hama tikus dan wereng,’’ katanya.
Menurut Titik, di kawasan persawahan memang banyak sekali tikus. Petani ada yang menanam padi di perkebunan sawit atau pekarangan contohnya Desa Nusantara jadi banyak tempat tikus bersembunyi. ‘’Untungnya petani sudah berpengalaman, mereka tahu bagaimana mengatasi serangan hama tikus.
Di sanalah mereka saling berbagi ilmu bagaimana agar hama yang sulit dikendalikan ini bisa diatasi,’’ katanya.
Bekerja seperti ini membuatnya jadi banyak mengenal petani dan banyak pengalaman baru. Meski setiap hari harus turun ke sawah melihat proses penanaman hingga panen. ‘’Tapi semua dilakukan dengan riang gembira. Semoga petani di Air Sugihan makmur dan selalu menikmati hasil sawahnya,’’ katanya. (*)