https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Lahat Darurat Kekerasan Anak, Korban Malu Sampai Pindah Rumah

LAHAT - Kabupaten Lahat kini jadi perhatian publik. Banyak kasus kekerasan terhadap anak disana. Dalam beberapa waktu terakhir. Di Lahat ada dua kasus besar. Pertama pemerkosaan terhadap anak dibawah umur. Lalu terbaru ada kasus pedofil yang mengkoleksi video pencabulan terhadap anak.

Ditambah, sepanjang 2022 lalu. Kasus kekerasan terhadap anak juga tinggi. UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat ada 21  kasus kekerasan anak.

"Ini sudah darurat. Karena kasusnya cukup banyak tiap tahunnya. Apalagi kasus kekerasan anak seperti fenomena gunung es," ungkap Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nurlela S.Ag melalui Kepala UPT PPA Lena Ernawati S.Pd, Jumat (13/1). Baca Juga:Beri Korban Keadilan!

Dari 21 kasus itu mayoritas kekerasan seksual terhadap anak, lalu ada KDRT dan penelantaran. Ada 11 anak perempuan dan 10 laki - laki. Untuk kekerasan seksual anak dari Balita, SD, SMP dan SMA. "Ya ada yang balita lalu SD. Selain itu korbannya laki- laki dan perempuan. Untuk perempuan mayoritas kekerasan seksual sedangkan untuk laki- laki mayoritas penelantaran juga ada yang kekerasan seksual," ungkapnya.

Kemudian seperti apa dampaknya. Dijelaskanya bahwa korban dan keluarga menjadi trauma. Sehingga ada yang pindah sekolah dan pindah rumah bahkan pindah kota. Juga ada yang melakukan pendampingan ke psikolog hingga berbulan - bulan. "Bahkan kalau yang korbannya anak SMA dan sampai melahirkan ada yang berhenti sekolah. Kalau untuk bayinya juga ada yang diasuh keluarga korban itu sendiri," bebernya. Baca Juga:Pedofil, Koleksi 22 Video Siswi SD

Dijelaskannya korban menjadi trauma, ditambah karena sekelilingnya banyak yang tahu. Juga ada ketakutan -ketakutan bullying bila lingkungan sekitar tahu.

Terkait korban kekerasan anak di Gunung Gajah, informasi yang didapat korban dan keluarganya pindah. Selain itu, beberapa warga sekitar juga belum tahu kejadian itu. Begitupun dengan keluarga korban.

Korban dan pelaku sebelumnya memang bertetangga, namun korban pindah. Dikonfirmasi pihak UPT PPA Lahat juga menjelaskan bahwa korban dan keluarganya telah pindah rumah. "Ya kita mau lakukan pendampingan ternyata sudah pindah. Tetangganya juga banyak belum tahu," ungkap Kepala UPT PPA Lena Ernawati S.Pd.

Sementara kasus lain yang anaknya menjadi korban kekerasan seksual. Yakni Ir warga Lahat, mengatakan bahwa anaknya yang berumur 10 tahun menjadi korban kekerasan seksual. Saat ini dirinya dan keluaga telah pindah rumah. Hal ini dikarenakan takut kenangan di lingkungan sekitar rumahnya menjadi teringat kembali. Apalagi saat anaknya diketahui menjadi korban dilihat dari perubahan perilaku. Harus dilakukan pendampingan psiklogi klinis hingga berbulan- bulan. "Kalau sekarang kondisinya mulai membaik," ungkap Ir.

Dirinya mengaku terpaksa pindah rumah demi kebaikan sang anak. Lantaran kejadian dan pelaku berada di lingkungan yang sama. Sementara untuk sekolah masih dilanjutkan, walaupun hanya beberapa rekan kerjanya yang tahu, namun dirinya yakin tidak akan bercerita.

"Kalau sekolah masih di tempat lama, karena kalau teman sekolahnya tidak tahu," ungkap Ir lagi.

Kemudian, kasus lain yang anaknya mengalami kekerasan seksual anak juga dibincangi koran ini. Anaknya berumur 15 tahun, menjadi korban pelecehan oleh pelaku dewasa. Seorang ibu rumah tangga yang beralamat di Kikim ini bercerita awalnya anaknya tidak mau bercerita telah dicabuli. Karena pelaku mengancam akan menyebar foto anaknya. "Kurang tahu foto seperti apa tapi anak saya takut," ungkapnya.

Namun terungkap setelah berbicara pada bibinya. "Langsung kami laporkan dan pelaku sudah ditangkap dan diproses," ungkapnya.

Nasib mereka lebih baik, lantaran tidak harus pindah sekolah dan rumah. "Pelakunya beda desa, kawan sekolahnya juga tidak tahu. Jadi memang banyak yang tidak tahu," ungkapnya.

Namun saat anaknya diketahui menjadi korban pencabulan, langsung dibawa ke psikolog. Agar trauma anaknya tidak berkepanjangan. "Ya dibawa ke psikolog. Biar percaya diri dan melupakan traumanya," tukasnya.(gti)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan