Berbeda dengan Jabar, Retret Kepemudaan di Sumsel Berbasis Kepanduan
RETRET: Peserta Retret Kepemudaan yang diresmikan oleh Gubernur Sumsel H Herman Deru beberapa waktu lalu. -Foto : Kris Samiaji/sumeks -
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Program retret kepemudaan dengan sebutan Laskar Pandu Satria yang digagas Gubernur Sumsel H Herman Deru, mendapat dukungan penuh dari DPRD Sumsel.
Ketua Komisi V DPRD Sumsel, Alwis Ganie SE MM, mengungkapkan bahwa untuk tahun 2025, telah dianggarkan dana sekitar Rp8 miliar dalam perubahan APBD untuk mendukung pelaksanaan retret tersebut pada dua gelombang.
Retret yang dimaksud bukanlah pelatihan militer penuh seperti yang banyak diidentikkan dengan kegiatan sejenis di Jawa Barat (Jabar).
Menurut Alwis, Sumsel mengambil jalur pendekatan yang lebih lunak namun mendalam, yakni kegiatan berbasis kepanduan dan keagamaan, dengan fokus pada pembentukan mentalitas dan psikologi anak-anak.
"Pendekatannya bukan militer, tapi lebih memilih jalur kepanduan, keagamaan, mentalitas, dan psikologi. Ini salah satu cara Gubernur membedakan pola Sumsel dengan Jawa Barat," sebut Alwis kemarin (6/7).
BACA JUGA:Retret Bumi Perkemahan Gandus Inisiasi Herman Deru Siap Cetak 100 Laskar Pandu Satria
BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Dukung Retret Laskar Pandu Satria
Anggaran tesebut, lanjutnya, disiapkan melalui pos dana pembinaan pemuda dan olahraga, tepatnya di sub-program kepemudaan.
Alwis menjelaskan bahwa secara struktur, belum ada pos khusus untuk program retret, sehingga dimasukkan dalam ruang lingkup yang sudah ada.
“Kalau dibuat pos anggaran khusus, belum ada nomenklaturnya. Jadi kita siapkan melalui dana kepemudaan. Ini lebih fleksibel dan tetap tepat sasaran,” bener wakil rakyat dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) ini.
Ke depan, kegiatan ini tak hanya akan digelar secara rutin, tapi juga melalui evaluasi menyeluruh. Materi yang diberikan akan terus disesuaikan, dan indikator keberhasilan peserta akan diperhatikan.
Misalnya, apakah peserta sebelumnya terlibat tawuran, mengamen di lampu merah, atau menunjukkan gejala kenakalan remaja lainnya.
"Retret ini bukan hanya pembinaan, tapi juga alat ukur. Jika setelah mengikuti retret mereka berubah secara signifikan, ini bisa jadi dasar untuk kebijakan lanjutan," jelasnya.
