Pelantikan Manusia, Iman dan Puasa

Legianto Amat Tohali

Wakil Sekretaris ICMI Orda OKI, Birokrat dan Entrepreneur tinggal di Kayuagung.

Sungguh miris memang di negeri kita ini. Padahal negeri ini, memiliki nilai ilahiah yang tinggi, diakui dalam konstistusinya. Namun, tetap saja kasus demi kasus bermunculan yang berkaitan dengan nilai moral dan etika. Baru saja, kasus mantan Pejabat Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo mencuat dan menyusul kasus yang baru, Peredaran Narkotika terduga Irjend Teddy Minahasa dan cs.

Fenomena ini muncul laksana deret ukur dengan nilai dan bentuk yang berbeda. Namun memiliki esensi yang sama dalam pandangan moral dan komitmen hakikat hidup manusia yang berkaitan dengan nilai transendental ilahiah.

Lantas, apa yang salah dalam nilai ilahiah ini? Puasa Ramadhan 1444 H menjadi kesempatan yang tepat untuk merenungkan kembali tentang hakikat Ketuhanan Ilahiah. Ramadhan menjadi moment yang tepat karena suasana- bi’ah Islamiyah yang mendukung.

Perintah puasa itu ditetapkan ( kutiba-kataba; fiil madhi-majhul; bentuk kk. lampau pasif) oleh Allah swt agar umatnya menjadi bertaqwa (QS 2:183). BACA JUGA : Safari Aladin

Inputnya adalah orang beriman, berproses dengan puasa dan outputnya itu orang bertaqwa. Kesalahan bahan/input dalam berproses akan menyebabkan produk gagal dari orang yang bertaqwa.

Ciri Orang Beriman.

Orang beriman sebagai inputnya, berarti orang yang lisan, hati dan perilakunya mesti sama. Karena merujuk pada pendapat jumhur ulama tentang makna iman; qoulu bil lisan, tasdiqu bil qolb, ‘amalu bil arkan. Artinya apa, semua orang beriman harus memiliki satu visi baik lisan, hati dan perbuatan. Bila salah satunya mengingkari, itulah yang disebut dengan “Pencitraan atau Kemunafikan.” Sebagian besar awal Surah Al Baqarah bercerita tentang orang orang munafik ini dan bahayanya bagi kehidupan.

Input puasa menghendaki keimanan yang kamil dan bervisi satu antara ucapan, hati dan perbuatan. Man shoma romadhona imanan wahtisaban, ghufirolahu ma taqoddama min dzanbih. “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari No. 38 dan Muslim No. 760).

Pelantikan Manusia.

Manusia memgemban amanah yang disebut dengan visi global muslim yakni untuk beribadah (QS. 51;56), sebagai khalifah di bumi ( khalifatul fil ardh) (QS. 2;30) dan menjadi rujukan peradaban semua alam semesta ( rahmatan lil alamin ) QS 21;107.

Sebelum sah menduduki jabatan sebagai manusia. Dirinya (Ar Ruh) terlebih dahulu dilantik oleh Allah SWT. dalam alam kandungan ibu kita (QS 7:172). Ar Ruh bersumpah atas pengakuan makna Rabb ( Tauhid Rububiyah ).

"Alastu bi Robbikum?". "Bukankah aku ini Tuhanmu?" tanya Sang Pencipta. Lantas Ar Ruh menjawab dengan lantang, "Bala, syahidna. " Benar kami bersaksi; kami bersumpah. Kemudian dalam prakteknya, masih terjadi penyimpangan atas sumpah yang pernah ia lakukan saat dilantik sebagai manusia untuk melaksanakan visi global islam tersebut.

Kalangan tasawuf dan hakikat sering menterjemahkan, enggan dan bermalas malasan menjalankan tugas yang diembannya sebagai manusia muslim, sudah dianggap penyimpangan dan membangkang atas perintah tuannya yakni Rab alamin.

Begitupun sifat tamak, akan dianggap mbalelo/disintegrasi tugas, karena dianggap menciderai sumpahnya. Tamak atau keserakahan terhadap harta, tahta dan wanita yang cenderung memperoleh sebanyak banyaknya dan sering berlaku curang, tidak akan terjadi karena muncul pengakuan atau iman yang mendalam ( la raibafih; tak ada keraguan) atas visi global muslim yang diembannya.

Bila nilai dan pemahaman ini mengalir dan menjadi detak nafas manusia yang Ar Ruhnya sudah disumpah oleh Allah SWT dalam pelantikan di alam kandungan ibu kita sebagai manusia di muka bumi. Maka, kasus Mantan Pajak Kemenkeu Rafael Alun Trisambodo atau Kasus Peredaran Narkotika Irjend Teddy Minahasa tidak akan terulang.

Dan moment puasa Ramadhan tahun ini menjadi momen yang tepat untuk berkontemplasi diri. Sehingga kita menjadi sadar akan hakikat diri yang berangkat dari sumpah Ar Ruh kita, terus mengalir ke visi global muslim dan menjadi manusia paripurna. Insya Allah. Aamiinn.  (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan