Kelola Sampah dari Rumah Tangga, Optimalkan Peran Bank Sampah
KUNJUNGAN : Ketua TP PKK Provinsi Sumsel, Hj Febrita Lustia bersama anggota Bank Sampah saat kunjungan ke Bank Sampah KGS. -foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sampah menjadi persoalan yang harus dituntaskan bersama. Pengelolaan sampah yang baik di tingkat rumah tangga akan sangat membantu mengurangi volume sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan juga meningkatkan nilai ekonomis serta kebermanfaatannya.
Ketua TP PKK Provinsi Sumsel, Hj Febrita Lustia mengatakan kepedulian penanganan sampah rumah tangga dan pemberian bantuan tanaman kepada rumah tangga merupakan kegiatan dalam rangka Hari Gerak PKK. "Hari ini (kemarin, red) istimewa. Jika biasanya yang datang per pokja-pokja, kali ini kita ke bank sampah. Kita konsen pada penanganan sampah agar dapat didaur ulang, sehingga lebih bermanfaat dan sampah yang dibuang ke TPA menjadi sedikit," ujarnya didampingi Ketua TP PKK Kota Palembang, Dewi Sastrani, usai menghadiri kegiatan di Bank Sampah KGS Jl Sersan Sani Zaini, Kecamatan IT 2, Senin (26/5).
Direktur Bank Sampah Palembang, Hanardono mengatakan ada beberapa cara pengeloaan sampah. Untuk sampah organik menjadi pakan ternak. “Kalau dijadikan pakan ternak menghasilkan kotoran dan itu bisa jadi pupuk organik, dibutuhkan dalam pembuatan kompos,” tuturnya.
Pihaknya pun memberikan edukasi ke masyarakat agar memisahkan sampah organik dan anorganik sehingga tidak dua kali pengerjaan. Sampah organik dapat diolah jadi pakan ternak dan sampah anorganik dijadikan produk baru sehingga meningkatkan nilai ekonomisnya. Namun tentu ini butuh dukungan pemerintah.
BACA JUGA:Menteri Lingkungan Hidup Tinjau TPA Sukawinatan, Dukung Solusi Sampah Palembang 1.200 Ton per Hari
Diakuinya, bank sampah di Palembang ada sebanyak 40-50-an. Efektif hidup segan mati tak mau sekitar 20 dan stabil hanya ada 6-7. "Permasalahannya, pemerintah sudah membentuk, tetapi pembinaanya bagaimana. Program bank sampah itu perlu modal, baik itu finansial, intelektual, dan sosial," ujarnya.
Direktur Bank Sampah KGS, Welis Fatimah menambahkan dalam mengelola bank sampah, banyak hal menjadi kendala. “Bagaimana partisipasi masyarakat, karena bank sampah bukan hanya tempat menabung dan bersedekah, ada juga daur ulang sampah dan pemasaran,” tegasnya. Tidak semua orang suka dan mau membeli produk daur ulang, masih sangat segmented.
“Sampah yang kita daur ulang seperti koran, plastik sachet, kaleng, kain perca menghasilkan kotak tisu, pot dari koran, tas dari sachet, ada juga bros dari tutup botol dan kain perca,” tuturnya. Untuk pengelolaan sampah rumah tangga khususnya organic, sudah dari rumah ke rumah di sekitar. Pihaknya memberikan ember adaptor bagi anggota bank sampah sehingga bisa mengolah sampah organik di rumah tangganya sendiri.
"Anggota sudah kita berikan pelatihan. Jumlah anggota saat ini ada 15 dan nasabah 98. Keuntungan menjadi nasabah bank sampah bisa menabung, karena sampahnya dikonversi ke rupiah senilai 1 kg sampah Rp500-Rp1.000 atau disedekahkan. Untuk hasil kerajinan dijual Rp10 ribu, paling mahal pernah terjual Rp1,5 juta miniatur Monpera," pungkasnya.
