https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pasien Stroke Berisiko Malnutrisi, Memperburuk Proses Penyembuhan, Memperlambat Pemulihan

CUKUPI NUTRISI: Pasien stroke membutuhkan asupan gizi dan nutrisi yang cukup supaya proses pemulihan berjalan baik. -foto: ist-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID -  Stroke merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian serius, tak hanya dari segi medis, tetapi juga dari sisi nutrisi. Pasien stroke adalah individu dengan risiko tinggi mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Kondisi ini dapat memperburuk proses penyembuhan dan memperlambat pemulihan pasien secara keseluruhan.

Dr Anne Rivaida M Gizi SpGK dari RS Siloam Sriwijaya mengatakan dalam proses pemulihan stroke, nutrisi memegang peranan yang sangat penting. Kebutuhan nutrisi pasien stroke tergolong tinggi, terutama protein berkualitas baik, lemak sehat, serta berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk memperbaiki jaringan dan mempercepat penyembuhan.

Namun di sisi lain, banyak pasien stroke mengalami kesulitan mengonsumsi makanan secara normal. Beberapa pasien mengalami penurunan kesadaran, kesulitan menelan (disfagia), bahkan rentan tersedak saat makan. Hal ini menyebabkan asupan makanan menjadi tidak optimal, sehingga pasien berisiko tinggi mengalami malnutrisi.

"Pasien stroke harus dievaluasi secara menyeluruh terkait kondisi gizinya. Apakah pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri atau perlu bantuan. Penilaian ini menjadi langkah awal sebelum menentukan komposisi dan bentuk makanan yang sesuai," katanya.

Tak sedikit pasien stroke yang juga memiliki penyakit penyerta seperti diabetes dan gangguan ginjal. Kondisi ini tentu memerlukan penyesuaian menu makanan yang tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi dasar, tetapi juga memperhatikan batasan asupan tertentu agar tidak memperburuk kondisi penyakit lain.

BACA JUGA:Terapi Akupuntur untuk Stroke, Mempercepat Pemulihan dengan Stimulasi Saraf

BACA JUGA:Tangani Serangan Stroke dengan Standar Tinggi, Layanan Stroke Ready Hospital dari RS Siloam Sriwijaya

Setelah kebutuhan nutrisi pasien dinilai, langkah berikutnya menentukan bentuk makanan yang aman dan sesuai kondisi pasien. Jika pasien masih dapat makan melalui mulut (oral), maka makanan bisa diberikan langsung dengan tekstur yang telah disesuaikan — mulai dari makanan lunak, dihaluskan, hingga makanan cair yang dikentalkan untuk mencegah tersedak.

Namun, bagi pasien yang mengalami gangguan menelan berat atau tidak sadar, pemberian makanan melalui mulut tidak memungkinkan. Dalam kasus ini, metode pemberian nutrisi melalui selang (naso-gastric tube/NGT) digunakan. Jika penggunaan NGT tidak memungkinkan dalam jangka panjang, maka bisa dipertimbangkan pemasangan selang langsung ke lambung (gastrostomi) oleh tim medis.

“Di sinilah peran penting ahli gizi dalam tim medis. Mereka berperan dalam menyusun komposisi makanan, baik jumlah kalori maupun zat gizinya, serta memastikan bentuk makanan sesuai dengan kemampuan tubuh pasien untuk menerima dan mencernanya,” sebutnya. 

Pemberian nutrisi juga berbeda antara pasien yang dirawat di rumah sakit dan pasien yang sudah kembali ke rumah. Di rumah sakit, tim medis dan gizi akan mengatur pola makan pasien secara ketat sesuai dengan kondisi medisnya. Namun, ketika pasien sudah pulang ke rumah, peran keluarga sangat penting. Sayangnya, banyak keluarga belum memahami pentingnya gizi dalam pemulihan stroke, sehingga terjadi kekeliruan memberikan makanan.

BACA JUGA:Stroke Lebih Parah dari Bell’s Palsy, Kenali Gejala, Penyebab, dan Penanganan

BACA JUGA:Luncurkan Layanan Stroke Ready Hospital, Penanganan Lebih Cepat dan Efektif

“Karena itu, edukasi kepada keluarga pasien menjadi penting. Mereka perlu tahu bahwa makanan bukan hanya untuk mengenyangkan, tetapi untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi,” tambahnya. Selain dalam penanganan, nutrisi juga memainkan peran penting dalam pencegahan stroke. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan