https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Dolar AS Menguat di Tengah Isu Tarif Otomotif dan Kebijakan The Fed

Ilustrasi Dollar AS-Foto: Freepik-

SUMATERAEKSPRES.ID - Dolar Amerika Serikat (USD) mencatat penguatan terhadap seluruh mata uang utama setelah muncul laporan bahwa Presiden Donald Trump berencana mengumumkan tarif otomotif pada hari Rabu mendatang.

Kabar ini meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Senator Elizabeth Warren memperingatkan Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, bahwa Presiden Trump berpotensi memecatnya sebagai bagian dari kebijakan pembersihan yang dapat memicu gejolak di pasar Amerika Serikat.

BACA JUGA:Pemprov Sumsel Berangkatkan 880 Pemudik Gratis ke Berbagai Daerah dengan Bus, Ini Pesan Wagub Cik Ujang!

BACA JUGA:Semen Baturaja Catat Laba Rp129,25 Miliar 2024, Efisiensi dan Keberlanjutan Jadi Kunci Sukses

Dampak Tarif dan Suku Bunga

Presiden The Fed wilayah St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan bahwa masih belum jelas apakah dampak dari kebijakan tarif ini akan bersifat sementara.

Ia juga menegaskan bahwa efek lanjutan dari kebijakan tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pejabat The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada level stabil dalam jangka waktu lebih lama.

Di sisi lain, Rupiah terus melemah terhadap USD mendekati rekor terendah.

Kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi serta peningkatan belanja pemerintah turut menggoyahkan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

BACA JUGA:BRI Hadirkan Weekend Banking dan Layanan Terbatas Demi Kelancaran Transaksi di Libur Ramadan 2025

BACA JUGA:Harga Honda HR-V Prestige 1.8 Bekas Turun, Ini Rekomendasi Terbaik dengan Pajak Aktif

Presiden The Fed wilayah Chicago, Austan Goolsbee, memperkirakan suku bunga bisa lebih rendah dalam 12 hingga 18 bulan ke depan.

Namun, ia juga menambahkan bahwa ketidakpastian ekonomi dapat membuat pemangkasan suku bunga memakan waktu lebih lama dari yang diantisipasi.

Kebijakan Bank Sentral Global

Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda, menyebutkan bahwa BOJ mungkin perlu menaikkan suku bunga apabila lonjakan harga makanan terus mendorong inflasi secara luas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan