https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Lima Karakter Guru Hebat Satuan Pendidikan Sumsel

Riza Fahlevi, (Jabatan Fungsional Ahli Utama Analis Kenijakan Sumsel)--

Selalu menghargai keragaman, mengapresiasi setiap prestasi siswa, dan wajahnya senantiasa sedap dipandang mata. Guru  yang seperti ini, pasti akan dicintai peserta didik, menjadi idola, dan dirindukan kehadirannya di kelas.

Ketiga, Good Discipline (disiplin yang baik). Satuan pendidikan  yang tidak maju dan tidak mendapat tempat di hati masyarakat, rata-rata kehadiran dan kedisiplinan guru dan karyawannya rendah.

Seperti datang terlambat, sering tidak masuk kelas, suka memulangkan siswa sebelum waktunya, tidak tepat waktu dalam memulai kegiatan, dan dalam mengumpulkan tugas dan perangkat pembelajaran berkali-kali molor. 

Jika tradisi disiplin guru dan karyawan rendah, maka jangan berharap siswa kita disiplin dan berkarakter. Guru  perlu mengingat ancaman Allah SWT,  dalam surah As-Shaff ayat 3 yang artinya “Amat besar kebencian Allah SWT bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

Ayat ini sangat tepat untuk kita yang berprofesi sebagai guru yang suka menasihati siswa tapi dirinya tidak mengamalkan.  Sebaiknya dibuat kata bijak atau moto yang dipasang di ruang guru “Satu keteladanan lebih utama dari seribu satu nasihat”. 

Pada saat saya menjadi Kepala Sekolah, saya lebih baik  memilih guru yang disiplin tinggi walaupun belum pintar daripada guru pintar punya  disiplin buruk/jelek.

Keempat, Good Religius (keberagamaan yang baik). Guru yang berada di garda terdepan dalam dakwah amar makruf nahi munkar wajib memiliki pengetahuan keagamaan. Misal agama Islam,  sebaiknya lancar dan fasih membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Istikamah dalam mengerjakan salat lima waktu dan salat sunah nawafil, terbiasa melaksanakan puasa wajib dan sunah, dan ringan tangan dalam berzakat, berinfak, dan bersedekah. Selain itu, mereka didorong untuk selalu mengimplementasikan ajaran-ajaran al-Islam  dalam kehidupan sehari-hari di rumah, satuan pendidikan dan masyarakat.

Dalam meningkatkan pemahaman keagamaan guru dan karyawan, satuan pendidikan perlu memfasilitasi mereka dengan kegiatan-kegiatan pembinaan karakter seperti pramuka atau juga morning spiritual gathering atau MSG (jemaah pengajian pagi) yang digelar setengah jam sebelum pembelajaran dimulai.

 Ada satuan pendidikan menerapkan hingga sekarang. Guru, karyawan, dan siswa satuan pendidikan menggelar MSG setiap pagi dari pukul 06.30 WIB sampai 07.00 WIB dan akhir pembelajaran ditutup dengan salat zuhur berjemaah.

Biasakan pula dalam satu bulan satuan pendidikan, mengadakan sharing pengetahuan atau cerammah agama melaluii MGMP tempat dari rumah ke rumah guru. Sehingga yang mendapat ilmu tidak hanya guru dan karyawannya, tetapi juga keluarga dan masyarakat sekitar. Guru  dibiasakan untuk aktif dalam pertemuan yang diselenggarakan MGMP .

Kelima, Good Job (kerja yang bagus). Satuan pendidikan yang unggul dan berkemajuan rata-rata dihuni oleh guru dan karyawan yang memiliki etos kerja tinggi.

Sebaliknya, satuan pendidikan  yang “layamutu wala yahya” (tidak bermutu dan tidak ada biaya) sebagian besar dijalankan oleh guru dan karyawan dengan etos kerja rendah. Cirinya suka mengeluh, menyalahkan keadaan, konflik tinggi, miskin inovasi, dan mudah menyerah pada kesulitan dan tantangan.

Di berbagai tempat, satuan pendidikan maju diawali dari etos kerja guru dan karyawannya. Bukan dimulai dari fasilitas, gedung, kantor, ruang belajar, laboratorium, kurikulum dan dana.

Saya optimis selama satuan pendidikan, berada di tangan-tangan guru dan karyawan yang beretos kerja tinggi, mau berkeringat, tidak hitung-hitungan waktu dan materi, insya Allah selama itu pula satuan pendidikan terus berkibar dan dipercaya masyarakat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan