Jangan Buru-buru Beralih ke Sawit
PALEMBANG - Harga getah karet kian hari kian merosot. Saat ini, hanya dihargai Rp7 ribu/kg. Harga itu, tak sebanding harga beras yang mencapai Rp 12 ribu/kg. Kondisi itu, mengakibatkan petani emosi dan beralih tanam kelapa sawit.
Baca Juga : Jadikan BUMN Pembeli Siaga Bahan Pangan PokokNamun, Analis PSP Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), H Rudi Arpian SP MSi mengatakan, seharusnya petani jangan langsung menebang dan merobohkan pohon karetnya. " Kalau pun beralih, lakukan secara bertahap," kata H Rudi Arpian SP MSi, Analis PSP Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Baca juga : Pengguna Mobil Listrik Aman, Lubuklinggau Kini Punya SPKLU
Dengan cara, menebang satu jalur karet. Baru ditanam bibit kelapa sawit atau sayuran. Ini dilakukan secara bertahap, agar petani masih ada penghasilan. Tanaman kelapa sawit berbuah dan bisa dijual minimal tiga tahun lamanya. Kalau petani langsung serentak mengubah tanaman karet, banyak ruginya. " Ini sama saja, lepas mulut buaya masuk mulut harimau," tegasnya. Nilai ekonomi bisnis karet, tak berimbang lagi sekarang ini.
Terlebih harga sembako dan kebutuhan hidup sangat mahal. "Banyak petani tidak sadap dan tanaman karet hanya dibiarkan saja," jelasnya. Apalagi harga pupuk mahal di pasaran.Meskipun perhatian pemerintah ada dan sebatas petani yang tergabung dalam unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB). Sementara tak seluruh petani masuk dalam kelompok ini. " Jumlah UPPB hanya 420 unit di Provinsi Sumsel," diakuinya. Jumlah ini, hanya sekitar 30 persen dari jumlah petani. Baca Juga : Integrasi NIK-NPWP Bisa via DJP Online
Jumlah petani karet mencapai 588.586 KK tahun 2020, lantaran bisnis karet tak menjanjikan. Banyak petani karet berahlih sawit, kini jumlah hanya 578.153 KK tahun 2021. Dengan luas lahan karet 1.311.727 hektare tahun 2020, kini hanya 1.284.558 hektare.
"Harusnya Pemerintah Pusat, mengambil kebijakan yang mampu menaikkan harga karet," harapnya. Petani karet itu, mencapai 95 persen di Provinsi Sumsel. Pasalnya, turunnya harga karet, berdampak multi. Yakni turunnya perekonomian dan memicu meningkatnya kriminalitas. (yud/lia)