Tradisi Unik Suku Ulu Rawas: Identitas Budaya di Tengah Modernisasi

Keunikan budaya suku Ulu Rawas di Sumatera Selatan, Tradisi mengenakan sarung dalam kehidupan sehari-hari, Filosofi sarung dalam budaya masyarakat Ulu Rawas, Ritual Tepung Tawar sebagai warisan leluhur, Makna rumah panggung dalam budaya Ulu Rawas, Perpadu-Foto: IST-
MURATARA, SUMATERAEKSPRES.ID – Di pedalaman Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, tersimpan kekayaan budaya yang tetap lestari di tengah derasnya arus globalisasi.
Masyarakat setempat mempertahankan identitas mereka melalui bahasa, adat istiadat, serta penggunaan sarung yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di tengah era modern, masyarakat Ulu Rawas tetap menjunjung tinggi hukum adat dan musyawarah sebagai pedoman utama dalam kehidupan sosial.
Bahasa yang mereka gunakan merupakan perpaduan unik antara Bahasa Melayu dan Bahasa Rejang, menjadikannya dialek khas yang sulit ditemukan di tempat lain.
BACA JUGA:Netta Indian Siap Gaspol Usai Dilantik, Fokus Wujudkan Banyuasin Bangkit Jilid II
BACA JUGA:MG Hadir di IIMS 2025, Pamerkan Lini Produk Lengkap dan Promo Menarik
Namun, yang paling mencolok dari budaya Ulu Rawas adalah tradisi mengenakan sarung dalam berbagai aktivitas.
Jika di daerah lain sarung lebih identik dengan ibadah atau pakaian rumah, di Ulu Rawas, kain ini digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari bertani, memasak, hingga menghadiri acara adat.
Vera, seorang warga Muara Kulam, mengungkapkan bahwa di beberapa desa seperti Kuto Tanjung, kebiasaan memakai sarung masih sangat kental.
“Di sini, dari anak muda sampai orang tua, masih memakai sarung setiap hari, baik saat memasak di dapur maupun bekerja di sawah,” tuturnya.
Sarung tidak sekadar pakaian, tetapi juga simbol kesederhanaan, kebersamaan, serta kebanggaan masyarakat Ulu Rawas terhadap budaya mereka sendiri. Camat Ulu Rawas, Darmawan, menegaskan bahwa sarung memiliki filosofi mendalam. “Sarung mencerminkan kesopanan, kehormatan, dan kebersamaan. Ini adalah warisan budaya yang harus kita jaga,” ujarnya.
Selain busana tradisional, masyarakat Ulu Rawas juga menjalankan berbagai ritual adat yang masih lestari hingga kini. Salah satunya adalah ritual Tepung Tawar, yang dilakukan sebagai bentuk doa restu sebelum seseorang melakukan perjalanan jauh atau membuka lahan baru. Ritual ini dipercaya membawa keberuntungan serta perlindungan dari hal-hal buruk.
Tradisi lainnya adalah ritual panen padi, di mana masyarakat berkumpul untuk berdoa sebelum memulai panen. Ritual ini bukan sekadar wujud rasa syukur, tetapi juga memperkuat solidaritas antarwarga.