Kepemilikan Lahan dan Akses ke Agen Jadi Hambatan Petani Beralih dari Padi ke Komoditas Alternatif

Reporter: Agustriawan |

Editor: Irwansyah |

Minggu , 02 Feb 2025 - 15:36

Kerusakan irigasi dan kepemilikan lahan jadi hambatan utama petani di Lahat beralih dari padi ke komoditas alternatif. Meskipun ada potensi, harga jual dan minimnya agen masih menjadi tantangan. Foto:Agustriawan/Sumateraekspres.id--

Lahat, SUMATERAEKSPRES.ID – Kerusakan irigasi dan kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Lahat menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian sawah.

Akibatnya, banyak lahan pertanian yang tidak dapat ditanami padi, mempengaruhi pendapatan petani setempat.

Walaupun beberapa petani mencoba beralih ke komoditas alternatif seperti jagung, kacang tanah, atau umbi-umbian, banyak yang merasa kesulitan untuk beralih sepenuhnya.

Ali, seorang petani di Kecamatan Lahat, mengungkapkan bahwa lahan yang dimilikinya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami padi pada musim hujan.

“Kadang kami hanya bisa menanam sekali, kadang dua kali, tergantung musim,” ujarnya.

Namun, Ali masih merasa ragu untuk mencoba menanam komoditas lain. “Saya takut rugi karena belum mengerti cara menanamnya,” tambahnya.

Adi, petani asal Kecamatan Pulau Pinang, mengungkapkan bahwa kerusakan irigasi telah menyebabkan banyak lahan tidak terpakai lebih dari setahun.

“Beberapa petani di sini bukan pemilik lahan, jadi mereka harus meminta izin terlebih dahulu untuk menanam komoditas lain,” katanya.

Selain itu, Adi juga menyebutkan kekhawatiran mengenai harga jual komoditas alternatif seperti jagung atau kacang.

“Kalau beras, meskipun tidak terjual, bisa digunakan sendiri. Tapi untuk jagung atau kacang, kami kesulitan menjualnya,” jelasnya.

kepemilikan lahan dan akses ke agen jadi hambatan petani beralih dari padi ke komoditas alternatif                            lahat, sumateraekspres.id – kerusakan irigasi dan kekeringan yang melanda sejumlah daerah di kabupaten lahat menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian sawah.
akibatnya, banyak lahan pertanian yang tidak dapat ditanami padi, mempengaruhi pendapatan petani setempat.
walaupun beberapa petani mencoba beralih ke komoditas alternatif seperti jagung, kacang tanah, atau umbi-umbian, banyak yang merasa kesulitan untuk beralih sepenuhnya.
ali, seorang petani di kecamatan lahat, mengungkapkan bahwa lahan yang dimilikinya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami padi pada musim hujan.
“kadang kami hanya bisa menanam sekali, kadang dua kali, tergantung musim,” ujarnya.
baca juga:pixel 9a segera hadir, yuk intip bocoran tanggal rilis dan fitur andalannya!
baca juga:suami aniaya istri karena cemburu, korban laporkan ke polisi
namun, ali masih merasa ragu untuk mencoba menanam komoditas lain. “saya takut rugi karena belum mengerti cara menanamnya,” tambahnya.
adi, petani asal kecamatan pulau pinang, mengungkapkan bahwa kerusakan irigasi telah menyebabkan banyak lahan tidak terpakai lebih dari setahun.
“beberapa petani di sini bukan pemilik lahan, jadi mereka harus meminta izin terlebih dahulu untuk menanam komoditas lain,” katanya.
baca juga:usulan panggung kritik terbuka untuk meningkatkan kebebasan berpendapat di lubuklinggau
baca juga:dolar vs emas: pilihan investasi mana yang lebih menguntungkan?
selain itu, adi juga menyebutkan kekhawatiran mengenai harga jual komoditas alternatif seperti jagung atau kacang.
“kalau beras, meskipun tidak terjual, bisa digunakan sendiri. tapi untuk jagung atau kacang, kami kesulitan menjualnya,” jelasnya.
adi juga menceritakan pengalaman petani yang menanam kedelai, tetapi terhambat oleh kurangnya agen atau pengepul di daerah tersebut, yang membuat harga jual kedelai menjadi masalah.
ipul, petani di lahat selatan, juga menghadapi kesulitan serupa, karena sebagian besar lahan yang dikelola merupakan milik orang lain.
baca juga:cara mudah berinvestasi melalui fitur investasi di aplikasi dana
baca juga:warga lubuklinggau hilang di sungai, pencarian terus dilakukan
“untuk menanam komoditas lain, kami harus mendapatkan izin dari pemilik lahan,” katanya.
namun, di kawasan tanjung tebat, jalal mengungkapkan bahwa mereka lebih berani beralih ke komoditas lain seperti jagung, berkat adanya jaringan pengepul yang dapat membantu menjual hasil pertanian.
“kami sudah ada kenalan dari pagaralam yang membantu menjual jagung,” ujarnya.
sementara itu, oking, seorang petani di kecamatan mulak ulu, menambahkan bahwa kerusakan irigasi membuat banyak petani beralih menanam jagung, cabai, kacang-kacangan, dan sayuran.
baca juga:korban penipuan di palembang kehilangan puluhan juta, tertipu janji komisi dari tugas online
baca juga:prakiraan cuaca sumatera selatan, senin 3 februari 2025, waspada hujan petir di empat daerah
“kami cukup beruntung karena ada agen atau pengepul untuk komoditas-komoditas ini, jadi kami tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.
meskipun demikian, oking berharap agar irigasi segera diperbaiki, karena masih ada sekitar 200 hektar lahan sawah yang belum dimanfaatkan untuk menanam padi.
berdasarkan cerita petani-petani tersebut, masalah utama yang dihadapi adalah ketidakpastian pasar, kepemilikan lahan, serta kurangnya pengetahuan tentang cara menanam komoditas selain padi.
baca juga:inilah alasan kenapa simtun belum valid meskipun nrg sudah muncul, lulusan ppg piloting harus tahu!
baca juga:kecelakaan bus als di muba, semua penumpang selamat berkat pengemudi sigap hindari tabrakan
namun, dengan adanya perbaikan infrastruktur irigasi dan dukungan pasar yang lebih baik, diharapkan para petani dapat kembali menanam padi atau bahkan beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan.