Ulak Jagolano Berbahaya bagi Kapal

ASAL USUL JAGOLANO : Nama Desa Jagolano diyakini berasal dari papan peringatan di tepi sungai dengan kalimat “Jago-Jago Jangan Lino (waspada, jangan terlena)”. Peringatan ini menandakan bahwa kala itu ada pusaran berbahaya di Ulak Jagolano. FOTO:IST--
OGAN ILIR, SUMATERAEKSPRES.ID – Di balik nama Desa Jagolano, Kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Ogan Ilir tersimpan kisah masa lalu yang kini jadi legenda masyarakat.
Desa Jagolano memiliki begitu banyak kisah sejarah budaya melegenda. Satu lagi di antaranya yang populer yaitu adanya Ulak Jagolano.
BACA JUGA:Tuntut Kasus Mafia Tanah, Warga Bakung Ogan Ilir Gelar Aksi ke Kejagung RI
BACA JUGA:Hari Ini Tanam Jagung Serentak di Wilayah Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir
Budayawan dan Kreator Sejarah dari Ogan Ilir, Muhammad Adi Saputra mengungkapkan Desa Jagolano berada di tepi Sungai Ogan, masyarakatnya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
"Satu kisah di Desa Jagolano ini adalah adanya cerita Ulak Jagolano. Zaman dahulu Ulak Jagolano sangat tersohor mulai dari Komering hingga Palembang," ungkap Adi.
Ulak Jagolano dikenal sebagai titik area berbahaya di kalangan nelayan dan nakhoda alat transportasi air pada zaman dahulu. Karena banyaknya kendaraan air yang tenggelam di titik ini.
"Hal ini karena adanya pusaran air yang terbentuk akibat pertemuan dua arus sungai deras saling bertabrakan. Sehingga membentuk pusaran atau yang oleh masyarakat sekitar disebut puso," jelasnya.
Dua arus sungai yang dimaksud adalah aliran Sungai Ogan dan Rissam Jasim. Di antara sekian banyak kendaraan air yang tenggelam akibat pusaran ini, satu peristiwa paling populer dan menjadi cerita turun temurun di kalangan masyarakat, yaitu legenda sejarah tenggelamnya sebuah kapal pengangkut sembako milik saudagar keturunan Cina dari Palembang.
Kisah ini berkaitan dengan ramainya aktivitas perdagangan di Ulu Sungai Ogan pada tahun 1930-an berpusat di Desa Sirah Pulau Kilip, Kecamatan Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir.
Sehingga pada masa itu di Sungai Ogan banyak lalu lalang kapal dan perahu-perahu besar dari Palembang menuju ke Ulu Ogan.
Seorang saksi sejarah peradaban Sungai Ogan di Desa Sirah Pulau Kilip yang lahir pada 1940, Lukmanul Hakim menceritakan sejarah tersebut.
"Di Ulak Jagolano pernah tenggelam kapal roda lambung. Ada roda kincir di kapal yang berfungsi untuk mendayung dengan tenaga mesin uap," ungkap Lukmanul.
Ulak merupakan sebuah istilah untuk menamai daerah pertemuan dua aliran sungai atau lebih yang mengakibatkan terbentuknya pusaran air.