https://sumateraekspres.bacakoran.co/

ISRA MIKRAJ (Refleksi Peningkatan Keimanan dan Kepedulian Sosial)

Prof Dr H Duski Ibrahim MAg-foto: ist-

SUMATERAEKSPRES.ID - Dengan tetap menghormati pendapat yang berbeda, menurut mayoritas ulama, peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW terjadi pada malam hari, tanggal 27 Rajab tahun ke-12 kenabiannya. Rasulullah diperjalankan oleh Allah SWT, sebagai perjalanan suci dan panjang yang ditempuh dalam waktu seperempat malam.

Melalui tiga dimensi alam sekaligus. Pertama, alam nasut, yaitu dari Masjid Alharam di Mekah ke Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis di Palestina, dengan berkendaraan Buraq. Disebut alam nasut, karena perjalanan dari Mekah ke Palestina ini juga dapat ditempuh oleh manusia biasa. 

Kedua, alam malakut atau alam yang hanya dapat ditempuh oleh malaikat, yang menemani Nabi dari Masjid Al-Aqsa ke lapisan-lapisan langit hingga langit ke tujuh. Ketiga alam lahut, yaitu yang hanya dapat ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW sendiri. Yakni dari langit ke tujuh menuju rafraf akhdhar, ‘arasy, hingga Sidratul Muntaha dalam rangka berjumpa langsung dengan Allah SWT.

Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang perstiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW ini. Pertama, dalam surat Al-Isra ayat 1, yang artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 

BACA JUGA:Ayo Perkuat Keimanan dengan Memahami 20 Sifat Wajib Allah, Simak Penjelasannya

BACA JUGA:Pengabdian Negara dan Keimanan Tuhan YME, Salat Iduladha dan Sembelih Hewan Kurban di Atas KRI Teluk Calang

Dalam ayat ini, diisyaratkan tentang latar belakang perjalanan suci Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi sebab antara lain, Allah ingin memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya. Termasuk untuk memperlihatkan keberkahan di sekeliling Masjidil Aqsha, seperti keberkahan berupa kesuburan tanahnya yang berpasir, sehingga tanam-tanaman, buah-buahan dan sayur-sayuran tumbuh subur hingga saat ini. 

Selain itu, menurut Imam as-Suyuti, Isra Mikraj itu juga bertujuan untuk tasliyah (menghibur) Nabi Muhammad SAW setelah ia mengalami tahun duka cita (‘am al-huzn), dengan meninggalnya orang-orang tersayang, yaitu pamannya Abu Thalib yang selalu mem-back-up perjuangannya dan menjadi tameng kejahatan kafir Quraisy. Juga meninggalnya Siti Khadijah, istrinya tercinta dan selalu memberi semangat dan mendukung perjuangannya menegakkan agama Allah SWT. 

Dalam konteks ini, kita sebagai manusia, adanya hiburan yang tidak menyalahi ajaran agama adalah penting, termasuk melakukan tur atau rekreasi dalam rangka penyegaran pemikiran, menambah, mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Kedua, Allah SWT menjelaskannya dalam surat An-Najam ayat 13-18, yang artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak diubah dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”

Dalam surat An-Najm ini dipahami, bahwa setelah sampai di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW melanjutkam perjalanannya bersama Jibril dalam bentuk aslinya. Lalu Nabi diperjalankan lebih lanjut hingga ke Sidratul Muntaha. Pada saat itu, Allah SWT juga memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya, seperti memperlihatkan Surga Ma`wa yang akan ditempati oleh orang-orang beriman dan bertakwa. 

BACA JUGA:Pengabdian Negara dan Keimanan Tuhan YME, Salat Iduladha dan Sembelih Hewan Kurban di Atas KRI Teluk Calang

BACA JUGA:10 Sahabat Nabi yang Dijamin Surga: Teladan Kebajikan dan Keimanan

Menurut Imam Nawawi al-Bantani, ayat di atas menjelaskan tentang peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, dimana beliau melihat Jibril dalam wujud aslinya di dekat pohon Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha digambarkan sebagai pohon yang penuh dengan keindahan dan kemegahan. Di dekat pohon ini terdapat Surga Ma’wa, tempat berlindung bagi orang-orang yang bertakwa dan ruh para syuhada (an-Nawai al-Bantani, 2: 464). Terkait dengan ini, perlu dikemukakan, bahwa Nabi Muhammad SAW dua kali melihat malaikat Jibril dalam bentuk aslinya. Pertama, ketika di Gua Hira pada saat Jibril menurunkan wahyu pertama. Kedua, ketika Jibril menemaninya saat Isra Mikraj (Hamka, 9: 6987).

Perstiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW dan berbagai peristiwa yang dialaminya, merefleksikan arti penting bagi kita dalam upaya meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Iman dimaksudkan adalah membenarkan dalam hati, meng-iqrar-kan dengan lidah dn mengamalkan dengan anggota badan. Banyak peristiwa yang dialami oleh Nabi dalam perjalan suci tersebut yang tidak masuk dalam logika atau akal manusia, di luar nalar manusia, semata-mata kekuasaan dan kehendak Allah SWT. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan