Waspada, Virus Marburg Mewabah
Mirip Demam Berdarah, Penularan dari Kelelawar-Kera
Belum Terdeteksi Masuk Indonesia
PALEMBANG – Meski belum terdeteksi masuk Indonesia, tapi semua pihak harus waspada. Pasca Covid -19 dan variannya melandai, kini muncul penyakit baru yang disebabkan virus Marburg. Sudah mewabah di negara Guinea Khatulistiwa. Tetangganya, Kamerun pun sudah melakukan upaya pencegahan penularan.
Menurut Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof dr Yuwono MBiomed, sumber penularan virus ini yang lebih dikenal adalah kelelawar atau kera, bukan lalat. "Seseorang yang kena virus Marburg bisa menulari orang lain lewat cairan tubuh, utamanya darah. Mirip penularan Virus Hepatitis B dan HIV," katanya, kemarin.
Untuk gejalanya, ucap Yuwono, mirip demam berdarah. Cuma masuk demam berdarah stadium 3. "Kalau demam berdarah sebenarnya pasien alami pendarahan dalam bentuk bintik kecil merah. Ini lebih besar," bebernya.
BACA JUGA : Sediakan Takjil Gratis Tiap HariDi Indonesia, sejauh ini belum ditemukan pasien yang terjangkit virus itu. “Namun dengan kondisi sekarang teknologi yang maju, orang keluar masuk dari luar negeri tidak menutup kemungkinan," jelasnya.
Kuncinya, kata Prof Yuwono, dengan meningkatkan imunitas tubuh. "Kalau imunitas kuat tidak akan terkena. Terkecuali bila ada teknologi melakukan rekayasa genetik. Sehingga penularan ke manusia dengan manusia. Namun sejauh ini masih melalui gigitan hewan," tukasnya.
Bahayanya, hewan yang menggigit dan terkontaminasi virus dan berkembang biak, akan menular ke manusia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan hingga saat ini belum ada laporan penemuan virus marburg di Indonesia. Meski begitu semua pihak diminta tetap waspada dan terus memantau.
"Belum dilaporkan, tetapi surveilans genomik kita tetap dioptimalkan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi MEpid. Kasus ini 13 Februari 2023 lalu telacak di Guinea Khatulistiwa. Negara itu mengumumkan soal wabah virus Marburg yang menyerang warganya. Negara ini terletak di pantai barat Afrika Tengah.
Marburg merupakan virus mematikan yang mirip dengan Ebola. Demi mencegah menyebarnya virus Marburg, Pemerintah Guinea Khatulistiwa mengkarantina lebih dari 200 orang. Mereka juga membatasi gerak dari warga di beberapa wilayah. Selain di Guinea Khatulistiwa, upaya pencegahan menyebarnya virus Marburg juga dilakukan negara tetangga, Kamerun. Penyakit yang sangat menular ini mirip dengan Ebola.
Gejalanya demam, nyeri otot, diare, muntah dan, dalam beberapa kasus, kematian akibat kehilangan banyak darah. Ratusan orang telah meninggal akibat virus tersebut dalam beberapa tahun terakhir, hampir semuanya di Afrika.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rata-rata, virus Marburg membunuh setengah dari orang yang terinfeksi. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 setelah 31 orang terinfeksi dan tujuh orang meninggal dalam wabah serentak di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan Beograd di Serbia.
Wabah tahun 2005 di Angola menewaskan lebih dari 300 orang. Namun, di seluruh dunia, hanya dua orang yang meninggal akibat virus Marburg dalam 40 tahun terakhir - satu orang di Eropa dan satu di AS.(afi/*/mh)