Tunda pembelian hal-hal yang bersifat pelengkap atau sekadar untuk kesenangan sesaat.

2. Dampak Langsung: Ukur Efeknya Terhadap Kehidupan

Kebutuhan memiliki dampak langsung jika diabaikan. Contohnya, tidak makan atau minum saat lapar dan haus akan menyebabkan tubuh lemas, bahkan bisa berdampak pada kesehatan.

Sementara itu, keinginan tidak memiliki dampak signifikan jika tidak segera dipenuhi.

Misalnya, ketika kita ingin makan ramen di restoran padahal sudah ada makanan lain di rumah.

Jika keinginan itu tidak dipenuhi, kita tetap bisa makan dengan makanan yang tersedia tanpa kehilangan fungsi atau kenyamanan.

3. Gengsi: Musuh Utama Dalam Mengontrol Keinginan

Keinginan sering kali dipicu oleh rasa gengsi. Ingin terlihat lebih keren, mengikuti tren, atau sekadar tidak ingin kalah dengan orang lain bisa mendorong kita untuk membeli sesuatu tanpa memikirkan dampaknya pada keuangan.

Sebaliknya, kebutuhan didasari oleh alasan yang lebih rasional dan mendasar.

Ketika gengsi mengambil alih, kita cenderung mengabaikan kondisi finansial dan membeli barang yang sebenarnya tidak penting.

Akibatnya, kebutuhan pokok bisa terabaikan karena dana habis untuk hal-hal yang sifatnya hanya memuaskan ego.

Untuk menghindari jebakan ini, kendalikan dorongan untuk memenuhi gengsi. Selalu tanyakan pada diri sendiri,

“Apakah ini benar-benar saya butuhkan, atau hanya ingin terlihat baik di mata orang lain?” Dengan begitu, kita dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan.

Bijak dalam membedakan kebutuhan dan keinginan adalah langkah awal untuk mengelola keuangan dengan baik.

Berbelanjalah berdasarkan prioritas, dampak, dan alasan yang rasional, bukan karena gengsi atau dorongan sesaat.

Keinginan itu wajar, tetapi jangan sampai mendominasi keputusan kita hingga mengorbankan kebutuhan utama.