https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Masalah Pinjol, Mayoritas Keluhkan Perilaku Petugas Penagihan, OJK Tingkatkan Edukasi dan Pengawasan

Arifin -FOTO: DILA/SUMEKS-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbagsel bersama Satgas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (SATGAS PASTI) terus meningkatkan edukasi dan pengawasan.  Hingga September 2024, OJK menerima 2.164 layanan konsumen terkait keuangan ilegal, mayoritas berkaitan dengan pinjaman online (pinjol) ilegal (95,93 persen). Keluhan utama terkait pinjol ilegal adalah perilaku petugas penagihan (60,24 persen).  

Kepala OJK Sumsel Arifin mengatakan, OJK telah melaksanakan 153 kegiatan edukasi yang menjangkau 47.181 peserta, mayoritas dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Selain itu, OJK Sumsel Babel bersama pemerintah daerah membentuk Sekretariat Bersama (Sekber Ekonomi Sumsel) untuk menyinergikan kebijakan ekonomi dan keuangan daerah.  

Program strategis lainnya meliputi pengembangan ekosistem keuangan inklusif di pedesaan, business matching untuk sektor prioritas seperti kopi, sawit, dan pisang, serta percepatan akses keuangan bagi penyandang disabilitas.  "Dengan berbagai capaian ini, OJK berharap sektor jasa keuangan di Sumbagsel terus tumbuh dan berkontribusi positif bagi perekonomian nasional," ulas dia. 

Dikatakan,  hingga Agustus 2024, kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Sumsel terus menunjukkan pertumbuhan yang positif, stabil, dan terjaga. Stabilitas sektor jasa keuangan ini didukung pertumbuhan di sektor perbankan, pasar modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB). Selain itu juga  peningkatan ekonomi daerah dan pelaksanaan edukasi serta perlindungan konsumen secara masif.  

BACA JUGA:Kedok Ribuan Pinjol Ilegal Terungkap, Ribuan Pengaduan Konsumen Berhasil Ditangani OJK!

BACA JUGA:Pinjol Mendanai Judol, Deposit Judi Online Sumsel Tahun 2023 Mencapai Rp472 Miliar

Di sektor perbankan, total aset di Sumbagsel meningkat 10,09 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp338,98 triliun. Fungsi intermediasi perbankan juga tumbuh signifikan dengan total penyaluran kredit sebesar Rp300,47 triliun, meningkat 11,35 persen (yoy). 

Kredit konsumtif mendominasi dengan porsi 42,14 persen, sementara tingkat kredit bermasalah (NPL Net) terjaga di angka 0,98 persen.   Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat 5,33 persen (yoy) menjadi Rp266,31 triliun, dengan dominasi tabungan sebesar 53,61 persen. 

Kredit di sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan mencatat pertumbuhan tertinggi, mencapai Rp56,11 triliun (14,64 persen yoy), menyumbang 10,64 persen dari kredit nasional di sektor ini.  Selain itu, penyaluran kredit untuk UMKM mencapai Rp118,54 triliun atau 39,45 persen dari total kredit di Sumbagsel, melampaui target minimal porsi kredit UMKM.  

Per Agustus 2024, jumlah investor di Sumbagsel mencapai 919.455, naik 15,54 persen (yoy). Sebagian besar investor (95,46 persen) berinvestasi di instrumen reksa dana, dengan Sumatera Selatan menjadi penyumbang terbesar (38,40 persen).   Transaksi saham di wilayah ini juga mengalami pertumbuhan, dengan rata-rata nilai transaksi mencapai Rp8,33 triliun pada Agustus 2024, meski terkoreksi 4,06 persen (yoy). Penjualan reksa dana tumbuh signifikan hingga 38,35 persen (yoy), dengan nilai mencapai Rp403,36 miliar per Juli 2024.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan