Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh (3): Satu Relawan Sumsel Evakuasi 631 Jenazah, Kampung si Mata Biru Lenyap
KANTONG JENAZAH: Kantong-kantong hitam berisi jenazah masih didapati teronggok di pinggir jalan, dekat sisa puing rumah-rumah warga di Kota Banda Aceh, pada Januari 2005. (Foto kanan) Sisa anak-anak Aceh bermata biru, yang selamat dari tsunami. -FOTO: DOK/SUMEKS/JAWAPOS-
SUMATERAEKSPRES.ID - Dua pekan setelah tsunami Aceh 26 Desember 2004, jenazah para korban belum terevakuasi sepenuhnya. Di pinggir jalan, masih teronggok kantong-kantong hitam berisi jenazah kondisi sudah membusuk. Bahkan masih didapati potongan-potongan tubuh di jalan, dan anak sungai dalam kota.
ANDRI IRAWAN - Palembang
KANTOR Gubernur Aceh di Jl Teuku Nyak Arief, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, sempat tidak berfungsi sebagaimana mestinya pascaterjadinya tsunami Aceh 26 Desember 2004. Bagian bawah dari kantor tiga lantai itu, dijadikan tempat penampungan jenazah-jenazah yang belum dimakamkan.
Baru awal-awal Januari 2005, Kantor Gubernur Aceh difungsikan kembali seperti semula sebagai pusat pemerintahan. Namun hingga pertengahan Januari 2005, di jenazah-jenazah di jalanan belum sepenuhnya selesai dievakuasi dan dimakamkan.
Jurnalis Sumatera Ekspres Andri Irawan dan fotografer Sudirman, masih mendapati kantong-kantong hitam teronggok di pinggir jalan. Berisi jenazah yang kondisinya sudah membusuk. Ada yang utuh, tapi kebanyakan tidak utuh lagi.
BACA JUGA:Doa Mustajab Agar Terhindar dari Bencana Alam Seperti Tsunami Menurut Perspektif Islam
BACA JUGA:Tsunami Aceh: Pengingat Ancaman Megathrust dan Langkah Mitigasi untuk Keselamatan Masa Depan
Pemandu kami dari relawan PKS asal Aceh, Syafnir, menjelaskan kantong berisi jenazah diletakkan dekat sisa puing-puing retuntuhan rumah disapu tsunami. “Maksudnya mungkin, jenazah itu tinggalnya tidak jauh dari puing-puing rumah tersebut,” duganya.
Masyarakat Aceh yang mencari anggota keluarganya masih hilang, mengecek ini kantong-kantong tersebut di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. ”Waktu membuka kantong itu, banyak yang tidak tahan. Baunya langsung menguap keluar,” tutur Syafnir.
KANTOR GUBERNUR ACEH : Lantai bawah Kantor Gubernur Aceh, sempat jadi tempat penampungan jenazah-jenazah yang belum sempat dimakamkan, sesaat pascakejadian tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.-foto: dokumen/andri/sumeks-
Pantauan Sumatera Ekspres, di jalanan atau parit masih didapati potongan-potongan kecil bagian tubuh manusia bercampur lumpur. Terlihat seperti jari tangan, kaki, lengan, dan lainnya. Bahkan di anak sungai, tidak sedikit jenazah masih terlihat mengapung.
Kami bertemu pula, tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, tengah menyemprotkan disinfektan di areal Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Masjid yang menjadi ikon Serambi Mekah. Simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh.
Banda Aceh sebagai ibu kota Provinsi Aceh, termasuk daerah yang mengalami kerusakan parah. Banyak korban jiwa dan hilang. Apalagi yang berada di pesisir barat Aceh, berhadapan langsung dengan Samudra Hindia sebagai pusat gempa kala itu.
BACA JUGA:Dari Seismometer hingga DART: Alat Canggih Deteksi Tsunami yang Menjaga Keselamatan Masyarakat