Muhasabah Akhir Tahun: Jangan Menjadi Orang yang Dibenci Allah
Dr H Achmad Syarifudin SAg MA (Dosen UIN Raden Fatah Palembang)--
Pertama, Menyadari betul akan eksistensi Allah sebagai Tuhan yang menjadi tujuan akhir dan menjadi spirit dalam setiap aktivitas. Jangan sampai aktivitas kita terputus (hanya menjadi pekerjaan duniawi) karena tidak kita sisipi spirit Ilahiyah.
Kedua, Menjalani perintah-Nya dalam keadaan dan di mana pun, semampu dan atau semaksimal mungkin. Sebagai contoh; Melakukan salat fardhu. Seringkali kesibukan, keadaan menjadi alibi untuk meninggalkan salat. Padahal, selama waktu salat masih ada, minimal kita menghormati waktu dengan melaksanakan salat. Bahkan, tidak bisa berdiri karena alasan syar’I, boleh dilakukan.
Lebih minimal lagi, dengan menggerakkan mata, berkedip karena dalam kondisi tertentu tidak dapat melakukan secara sempurna, dalam rangka untuk menunaikan salat adalah sesuatu yang dibenarkan. Jangan menunggu waktu luang untuk bisa salat 5 waktu tetapi luangkan waktu untuk dapat menunaikan salat.
Ketiga, Menjaga akhlak. Sebaik apa pun I’tiqad (akidah) seseorang, sebaik apa pun ibadah seseorang tanpa didukung oleh akhlakul karimah maka akan runtuh. Inti ajaran Islam adalah Akhlakul karimah/ akhlakul hasanah. Ingat, Rasulullah pernah menggambarkan bagaimana almuflis (orang yang bangkrut) di akhirat nanti.
Beliau menggambarkan pahala yang dikumpulkan oleh orang yang bangkrut dari amalan salat, zakat, dsb. Ketika dituntut oleh orang-orang yang pernah disakiti hatinya, dizhalimi dirinya, dipukul olehnya. Habis semua amalnya diberikan kepada orang-orang yang pernah dizaliminya itu bahkan kurang, maka al-muflis dilemparkan ke Neraka. Na’uzhu billah, ilustrasi betapa pentingnya menjaga akhlakul karimah.
Untuk itu, jangan sekali-kali meremehkan orang lain, memandang rendah orang lain, apalagi sampai menzhaliminya. Kelak di akhirat akan menjadi orang bangkrut, bahkan di dunia ini saja, kalau sampai viral dapat mematikan karir kita. (*)