Rupiah Ditutup Menguat di Akhir Oktober, Apakah Tren Positif Berlanjut?
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah pada 28 Oktober – 1 November 2024-Foto: Bank Indonesia-
SUMATERAEKSPRES.ID - Pada pekan perdagangan akhir Oktober hingga awal November 2024, nilai tukar rupiah mengalami berbagai perubahan signifikan.
Rupiah ditutup di level bid Rp15.690 per dolar AS pada 31 Oktober, menurut pernyataan Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Posisi ini menunjukkan pelemahan tipis di tengah volatilitas pasar global.
Kenaikan yield pada instrumen keuangan turut memengaruhi kondisi rupiah.
BACA JUGA:Bank Indonesia dan Bloomberg Pastikan Kesiapan Fallback Rate untuk Gantikan JIBOR pada 2026
BACA JUGA:Bank Indonesia Buka Lowongan Jalur Special Hire dan PKWT, Simak Syarat dan Kualifikasinya!
Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun meningkat menjadi 6,80% pada akhir bulan, seiring dengan yield Treasury AS (UST) 10 tahun yang naik ke level 4,284%.
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) turun ke posisi 103,98, yang memberi sedikit dorongan bagi mata uang emerging market.
Pada Jumat pagi, 1 November, rupiah dibuka menguat tipis di level bid Rp15.685 per dolar AS, sementara yield SBN 10 tahun turun ke 6,73%.
Kondisi ini menjadi indikasi penguatan sementara rupiah, meski tetap terpengaruh oleh faktor eksternal seperti dinamika di pasar AS dan pergerakan dolar.
BACA JUGA:Penyaluran Kredit Baru Bank Indonesia Mengalami Pertumbuhan Positif di Triwulan III 2024
BACA JUGA:Kebijakan Moneter 2024: Bank Indonesia Jaga BI Rate 6% untuk Stabilitas Ekonomi
Aliran Modal Asing di Indonesia
Selama periode 28 hingga 31 Oktober 2024, tercatat aliran modal asing keluar dengan jual neto sebesar Rp4,86 triliun.
Rinciannya, pasar saham mengalami jual neto sebesar Rp2,53 triliun, pasar SBN Rp3,95 triliun, sementara di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) terjadi beli neto sebesar Rp1,63 triliun.