Cegah Bencana Bonus Demografi
TINJAU : Mendagri Tito Karnavian meninjau proses revilitalisasi Kambang Iwak, kemarin. FOTO: IST--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia akan mengalami bonus demografi tahun 2045 dan ini bisa menjadi bencana jika tidak didukung dengan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan untuk menjadi negara maju bukan hanya bergantung pada kayanya sumber daya alam (SDA), tetapi SDM yang berkualitas.
BACA JUGA:Tindaklanjuti Peraturan Mendagri Soal Pakaian Dinas
BACA JUGA:Perda RTRW Tinggal Tunggu Kemendagri
SDA bukan kunci menghadapi bonus demografi Indonesia Emas 2040-2045. "SDM rendah tak akan bisa mengelola kekayaan alam yang dimiliki.
Jadi SDM adalah kunci penting, asalkan terdidik dan terlatih," sampai saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BPSDM di Hotel The Zuri Palembang, Jumat (1/11).
Menurutnya, Indonesia kaya SDA, mulai dari bentang alam, negara kepulauan, dan sebagainya. Harapannya bonus demografi 2045 bukan jadi bencana demografi, karena generasi tidak terdidik. Untuk itu pentingnya SDM yang terdidik dan terlatih.
"Banyak lembaga internasional seperti IMF, World Bank, dan sebagainya memprediksi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia terbesar nomor 4-5 dunia. Pertimbangan lembaga itu melihat perkembangan Indonesia 10 tahun terakhir," katanya.
Dikatakan, proyeksi lembaga internasional tahun 2040, Tiongkok akan menjadi nomor 1, India kedua, USA ketiga, Indonesia ke empat, dan seterusnya.
Invisible or not, PHP (pemberi harapan palsu) atau tidak, tapi ia meyakini ini akan terjadi. Mendagri meminta para kepala daerah tidak melepaskan fokus anggaran untuk kesehatan dan pendidikan di APBD masing-masing daerah. Anggaran yang diperuntukkan untuk dua bidang itu harus tepat sasaran, efektif dan efisien.
"Saya minta kepala daerah tidak lepas dari program kesehatan dan pendidikan di APBD, harus betul menciptakan anak muda dan tenaga kerja yang unggul," sebutnya.
Dia mencontohkan Singapura yang tak memiliki SDA, tapi mampu menjadi besar karena punya SDM yang baik, sehingga peningkatan kualitas, kapabilitas SDM harus menjadi yang utama dan berhasil memanfaatkan posisi geografisnya untuk industri penerbangan, menjadi transit point penerbangan karena buka 24 jam.
Kemudian Tiongkok, yang pada saat kunjungan tahun 1998, masih banyak rumah kumuh, negara ekonomi lemah, menggunakan sepeda, banyak sampah, dan sebagainya.
Namun 26 tahun kemudian menjadi negara besar. Ia menyebut hasil diskusi dan arahan Presiden, negara kuat setidaknya didukung 3 faktor dari penelitian yang ada.