Muratara Nomor 1 Daerah Rawan Pilkada di Sumsel, Kapolda Andi Rian: Kalau Calonnya Adem, Adem Juga Konstituen
Irjen Pol Andi Rian R Djajadi SIK MH.- FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kabupaten Muratara selalu masuk dalam berbagai kategori rawan di Provinsi Sumsel. Seperti rawan gangguan kamtibmas, bencana banjir, karhutla, narkoba, dan lainnya. Bahkan pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 lalu, terjadi demo berujung ricuh.
Termasuk di Pilkada Serentak 2024 ini, terjadi keributan jelang debat kandidat perdana yang digelar KPU Muratara di Palembang, Selasa malam (30/10). Polisi sampai melepaskan tembakan peringatan ke udara, untuk membubarkan pendukung dari 3 pasangan calon tersebut.
Apalagi Muratara bertengger nomor 1 sebagai daerah rawan pilkada di Sumsel, baik dari Indeks Kerawanan Pilkada (IKP) Bawaslu, maupun Indeks Potensi Kerawanan (IPK) Pilkada 2024 versi Polri.
Kapolda Sumsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi SIK MH, sebelumnya sudah mengatakan pemilih atau konstituen ini dia akan bersitegang kalau para calonnya bersitegang. “Kalau calonnya tenang-tenang bae, adem bae, adem juga konstituennya,” ujarnya, dalam kunjungannya ke Graha Pena Sumatera Ekspres, Selasa pagi (29/10).
Maka dari itu, Kapolda Sumsel mengatakan dia perlu menemui semua para calon pilkada Muratara. Termasuk calon Pilkada Lubuklinggau dan Musi Rawas. “Insya Allah tanggal 5 (November). Tentunya saya akan menggandeng tokoh masyarakat,” ungkapnya.
BACA JUGA:Manfaatkan Momen Pilkada, Pemuja Sabu Ini Sasar Anak Muda sebagai ‘Konsumen’, Ini Penjelasan Polisi
Menurutnya, harus dipahami bahwa pilkada lebih kencang dari pemilihan presiden (pilpres). Karena pemilih dan yang dipilih saling kenal. “Satu rumah, 5 orang, bisa berbeda pilihannya,” terangnya.
Urutan kerawanan pilkada di Provinsi Sumsel, baik dari IKP maupun IPK menurut Kapolda Sumsel, bukanlah sepenuhnya menjadi ancaman. Justru menjadi parameter, alat ukur kesiapan menjaga pengamanan saat pelaksanaan pilkada nanti. “Itu menjadi tools untuk mengawasi pilkada. Alat bagi Polda Sumsel untuk mengukur bagaimana kami untuk mempersiapkan pengamanan pilkada,” ucapnya.
Berdasarkan pemetaan itu, tentu dia berkoordinasi dengan Bawaslu, dan KPU Sumsel, untuk menentukan pola-pola pengamanan. “Beberapa orang mengatakan situasi agak-agak panas. Agak panas-panas dikit biaso itu,” tukasnya santai. Menurutnya, asal semua itu bisa dikelola dengan baik. Toleransi, dan kondusif.
Dia juga menyampaikan, sudah berbicara dengan KPU Sumsel dan Bawaslu Sumsel. Agar menghilangkan diksi menang-kalah. Gunakan saja terpilih dan tidak terpilih.
“Namanya pemilihan kepala daerah, bukan pertandingan kepala daerah. Tidak ada menang-kalah, yang ada terpilih dan tidak terpilih,” jelas lulusan Akpol 1991 tersebut.
BACA JUGA:Hasil Survei Konsep Indonesia: Elektabilitas Enos-Yudha Tembus 76,8 Persen di Pilkada OKU Timur 2024