Palembang Terpanas Keenam, Suhu Ekstrem di Atas 36°C Landa Indonesia
--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Suhu udara di Sumatera Selatan (Sumsel) terasa begitu terik menyengat kulit. Karenanya, banyak yang berusaha menghindari keluar atau beraktivitas di luar rumah, terutama pada siang hari.
“Panasnya menyengat sekali, jadi malas keluar rumah,” ujar Diah, ibu rumah tangga, warga Sukarami, Palembang, kemarin. Menurutnya, panas yang dirasakan beda dari biasanya.
“Sampai sakit kepala saking terasa panasnya. Padahal kemarin sudah sering turun hujan,” ucap dia. Di banyak WhatsApp Group (WAG), juga berseliweran informasi panas ekstrem yang dirasakan saat ini.
Di Palembang, berdasarkan data pada pos pengukuran Kenten, 27-29 Oktober 2024 mencatat suhu tertinggi 36,8°C. Angka ini telah memenuhi kriteria ekstrem baik pentad, dasarian maupun bulanan. Diketahui, batas ekstrem (persentil 97%) untuk pentad yaitu 36,6 °C, untuk dasarian 36,5°C dan untuk bulanan 36,6°C.
Suhu udara maksimum ini diperkirakan bakal terjadi selama dua periode pentad terakhir yaitu pekan 61 (28 Oktober-1 November) dan pekan 62 (2-6 November). Secara nasional, BMKG mencatat setidaknya ada tujuh daerah di Indonesia yang suhu maksimum hariannya di atas 36 °C. terhitung 28 Oktober pukul 07.00 WIB hingga 29 Oktober pukul 07.00 WIB.
BACA JUGA:TPHD Cek Maktab, Satu Tenda 400-650 Jemaah, Suhu Ekstrem, Banyak Iktikaf di Masjidilharam
BACA JUGA:Suhu Ekstrem, Temperatur suhu 42-45 drajat. Jamaah Haji Banyak Itikaf di Masjidil Haram
Tertinggi di Flores Timur, NTT, mencapai 38,3 °C, terdata pada Stasiun Meteorologi Gewayantana. Lalu, Sumbawa Besar, NTB mencapai 38,0 °C berdasarkan hasil pengukuran pada Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Kaharudin. Selanjutnya, Sikka, NTT 37,8 °C. Kemudian, Surabaya, Jatim 37,5 °C; Tanjung Perak, Jatim 37,4 °C; Palembang, Sumsel di peringkat keenam dengan 36,6°C serta Kupang, NTT 36,5°C.
Kordinator BMKG Sumatera Selatan, Dr Wandayantolis menjelaskan, suhu esktrem pada Oktober ini merupakan suhu terpanas tertinggi untuk tahun 2024.
Menurutnya, berdasarkan pemantauan terkini, hampir keseluruhan wilayah di Sumsel telah memasuki musim hujan sejak pertengahan Oktober. Hujan yang terjadi masih belum merata dan belum bisa membasahi wilayah yang kering karena kemarau sebelummya.
Hanya saja, saat ini monsun baratan yang merupakan pemicu musim hujan dalam kondisi melemah terkait adanya siklon tropis di bagian utara Indonesia. “Adanya dua siklon tropis Trami dan siklon tropis Kong-rey yang terjadi secara bersamaan di wilayah perairan Vietnam dan Filipina. Siklon tropis ini menyebabkan tertariknya uap air di di wilayah indonesia yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan,” jelas dia.
Akibat berkurangnya pembentukan awan di wilayah Iindonesia, radiasi datang matahari lebih intensif jatuh ke permukaan bumi. Hal ini karena ketiadaan uap air di dekat permukaan bumi dan juga minimnya keberadaan awan yang biasanya menyerap dan memantulkan sinar matahari.
BACA JUGA:Kalahkan Mekah dan Madinah, 3 Wilayah Sumsel Ini Capai Suhu Ekstrem Luar Biasa
BACA JUGA:Suhu Ekstrem Picu Peningkatan Kebakaran