Eksplor Burung Siberia-Harimau Sumatera
BURUNG SIBERIA : TN Berbak Sembilang menjadi lokasi migrasi Burung Siberia asal Australia pada bulan Oktober hingga April. -Foto : EVAN ZUMARLI/SUMEKS-
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - TN Berbak Sembilang merupakan salah satu paru-paru dunia yang memiliki potensi ekowisata. Upaya mengeksplor kawasannya, khususnya Dusun Sembilang yang sudah ada sejak TN ini ditetapkan (2003), memberi nilai tambah bagi masyarakat setempat. Tak sekedar memandirikan, Pertamina melestarikan hutan suaka alam.
“Kita kolaborasi dengan TNBS dan Pertamina promosi Dusun Sembilang sebagai Desa Wisata. Makanya sekarang kami makin dikenal, banyak wisatawan nusantara dan mancanegara berkunjung,” lanjut Cristin lagi. Pertamina menanam 39.600 batang mangrove di lahan 12 hektare yang rusak akibat tambak liar. Mendirikan jembatan desa dan infrastruktur lain penunjang pariwisata, melatih warga menjadi guide, membangun spot-spot foto wisata.
“Dari sana kami dapat menjual paket ‘Ekowisata Dusun Sembilang’ di kanal media sosial,” ujarnya. Paket wisata 2 hari 1 malam dari Desa Sungsang IV ditawarkan Rp800 ribu per orang. Wisatawan atau turis asing bisa pula datang mandiri atau melalui TNBS. “Kita sambut di Sembilang, kita punya Pokdarwis,” imbuhnya.
Di paket ini, wisatawan diajak tracking mangrove naik kapal motor. “TNBS punya kawasan mangrove terbesar di Indonesia setelah Kalimantan. Turis rata-rata mau lihat mangrove-nya,” ujarnya. Selain itu melihat burung Siberia saat momen puncak migrasi, bulan Oktober-April. Total ada jutaan burung migran yang biasa singgah dengan 212 jenis.
BACA JUGA:Objek Wisata Gua Batu Napalicin di Muratara Terbakar
“Dari banyak negara, uniknya burung Siberia asal Australia itu hanya migrasi ke Sembilang. Mereka ke sini lantaran cuaca di Australia kurang mendukung untuk bertelur, namun setelah April mereka pulang lagi,” tutur Cristin. Karena momen langka, ratusan wisatawan biasa datang mengabadikannya. Di lain waktu, wisatawan dapat menyaksikan berbagai spesies burung jenis lainnya.
“Kita juga masih punya harimau Sumatera, satu-satunya di Indonesia ada di TNBS. Cuma mau lihat langsung tidak bisa, harimaunya tidak ditangkar. Dia di dalam hutan, namun kita bisa pasang kamera di sana,” paparnya. Ada gajah Sumatera, rusa, kijang, ular cincin emas, hingga flora langka anggrek harimau yang mekar di bulan Februari.
Wisatawan juga diajak keliling Dusun Sembilang melihat pembuatan ikan asin, terasi, kerupuk kemplang oleh kelompok ibu-ibu. Mereka pun bisa membeli oleh-oleh khas Sembilang. “Di malam hari kami ajak ke bagan-bagan memancing ikan,” sebut Cristin.
Masyarakat dilibatkan dalam pariwisata, rumah-rumah penduduk disulap jadi homestay, termasuk Rumah Pertamina. “Setiap bulan selalu ada pelancong datang. Baru-baru ini turis Belanda, sebelumnya ada dari Malaysia, Singapura, Rusia, Jerman, Polandia,” tegasnya. Kini Dusun Sembilang menjadi tempat ekowisata, studi, dan pengabdian bagi mahasiswa ITB, Unsri, Trisaksi, UIN.
Kepala Desa Sungsang IV, Romi Adi Candra menambahkan penghasilan nelayan Sembilang semakin minim lantaran hasil laut berkurang. “Kita berharap Ekowisata Sembilang berkembang, sehingga memberi nilai tambah bagi masyarakat sekitar,” ujarnya. Potensi wisatanya sangat bagus, walau lokasinya jauh di pesisir pantai Sungai Sembilang atau sekitar 71 km dari Dermaga Tanjung Api-Api (TAA). Hanya memang masih jadi PR, fasilitas listrik dan air bersih.
BACA JUGA:Kebakaran Menghancurkan Goa Batu Napalicin di Muratara, Kerugian untuk Wisata Alam dan Budaya
BACA JUGA:Sejarah Tersembunyi Jalan Pantai Musi, Dari Sungai Kini Menjadi Destinasi Wisata
Romi mengakui, warga Sei Sembilang menggunakan air payau untuk rumah tangga, sementara listriknya pakai genset besar setiap malam. “Kami terbantu sekali ketika Pertamina memasang PLTS, meski hanya cukup melistriki beberapa fasilitas umum dan 5 rumah warga. Sekarang kami ajukan lagi ke Pertamina, supaya membantu lebih banyak solar cell untuk rumah-rumah warga dan spot wisata,” pungkas Romi.