Antara Romantisme Virtual dan Etika Islam
Siti Nurul Atiqoh SAg MSI Guru MA Al Fatah Palembang-foto: ist-
Pendapat lain mengatakan tren ini menimbulkan rasa aman (mendengar suara seseorang yang dicintai sebelum tidur dapat memberikan rasa aman dan nyaman). Alasan lain adalah karena mengikuti tren sosial yang berkembang, dimana media sosial dan platform digital lainnya telah mempopulerkan sleep call sebagai bagian dari "goals" dalam hubungan, menjadikannya simbol modern dari romantisme.
Meskipun sleep call dianggap sebagai bentuk kedekatan yang tidak berbahaya dan cara menjaga hubungan emosional, ada beberapa aspek etika yang harus diperhatikan, terutama dalam pandangan ajaran Islam. Islam menekankan pentingnya menjaga batasan dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram (orang yang halal untuk dinikahi).
Berikut adalah beberapa poin penting terkait etika sleep call dalam Islam: Pertama, perlunya menjaga batasan antara lawan jenis: Dalam Islam, interaksi yang intens antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah, baik secara fisik maupun virtual, harus tetap dijaga batasannya.
Meskipun tidak ada interaksi fisik dalam sleep call, keintiman emosional yang tercipta dapat menimbulkan perasaan atau situasi yang tidak sejalan dengan prinsip menjaga kehormatan dan martabat. Hal ini dapat membuka pintu fitnah, yaitu situasi yang berpotensi menjerumuskan pada perbuatan dosa.
BACA JUGA:Sedekah Digital Cara Cerdas Memperkuat Iman dan Menangkal Judi Online!
BACA JUGA:Kenapa Pelatihan Digital Kartu Prakerja Semakin Diminati? Ini Alasannya!
Kedua, berupaya menghindari khalwat virtual: Khalwat atau berduaan dalam Islam tidak hanya terbatas pada ruang fisik, tetapi juga mencakup interaksi virtual yang bersifat pribadi dan eksklusif. Sleep call yang terjadi tanpa pengawasan dan berlangsung di waktu-waktu malam hari bias dianggap sebagai khalwat virtual. Meskipun terlihat aman, situasi seperti ini bias menjadi godaan untuk melanggar aturan syariat, karena kedekatan yang berlebihan dan tanpa control dapat menciptakan perasaan yang tidak sesuai.
Ketiga, selalu berusaha menghindari keintiman berlebihan: Islam mengajarkan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah sebaiknya tidak terlalu intim, baik dari segi fisik maupun emosional. Sleep call berisiko menumbuhkan keintiman emosional yang berlebihan, yang dapat mengarahkan kepada perasaan cinta atau hasrat yang tidak sesuai dengan ajaran agama sebelum adanya ikatan pernikahan yang sah.
Keempat, pasang niat yang baik untuk tidak membenarkan cara yang salah: Meskipun niat dari sleep call mungkin sekadar untuk menjaga hubungan atau merasa dekat, Islam menekankan bahwa niat yang baik harus diikuti dengan cara yang sesuai dengan syariat. Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama meskipun dengan niat baik tetap tidak dibenarkan.
Oleh karena itu, dalam konteks sleep call, meskipun tujuannya adalah untuk menjaga komunikasi, jika dilakukan tanpa memperhatikan batasan etika Islam, tetap dapat menimbulkan masalah moral.
Dalam menjaga hubungan di era digital, penting bagi seorang Muslim untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama yang mengajarkan menjaga kesucian hubungan dan menahan diri dari segala bentuk interaksi yang bias menimbulkan godaan.
BACA JUGA:Terapkan Digital Library, Miliki 28 Ribu Judul Buku
Alternatif yang lebih etis, seperti membatasi komunikasi pada waktu-waktu tertentu dan menghindari percakapan yang terlalu intim, akan lebih sesuai dengan ajaran Islam. Di tengah tren dan gaya hidup digital yang semakin mengaburkan batasan antara pribadi dan publik, menjaga etika dan nilai-nilai Islam menjadi semakin penting.
Islam menekankan pentingnya menjaga batasan dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Prinsip dasar yang dipegang dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan adalah menghindari fitnah dan menjaga kesucian hati serta niat.