Menguak Jejak Sejarah Komunitas Yahudi di Sulawesi Utara dan Keberadaan Sinagoge Shaar Hashamayim
Keberadaan komunitas Yahudi di Sulawesi Utara menjadi simbol kuatnya toleransi antarumat beragama di Indonesia, dengan Sinagoge dan Museum Holocaust pertama di Asia Tenggara. Foto: youtube--
SUMATERAEKSPRES.ID - Komunitas Yahudi di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) sampai saat ini masih dapat hidup berdampingan dengan umat lain.
Tak hanya itu, mereka pun sampai saat ini merasa aman untuk melakukan Ibadah secara terbuka.
Dikutip dari berbagai sumber, keturunan Yahudi Belanda di Sulawesi Utara cukup leluasa mempraktekkan ajaran agama secara terbuka sejak sebelum kemerdekaan 1945.
Hanya saja, setelah itu banyak di antara mereka yang berpindah agama menjadi Kristen atau Islam hanya untuk keamanan.
BACA JUGA:Pohon Gharqad: Tempat Persembunyian Orang Yahudi di Akhir Zaman
BACA JUGA:10 Strategi Mengakhiri Penjajahan Zionis Yahudi
Hal itu terjadi lantaran Yudaisme belum diakui sebagai agama resmi, hingga kemudian banyak warga Yahudi yang mencatatkan dirinya sebagai Kristen Protestan.
Dalam perkembangannya, selanjutnya komunitas Yahudi di Kota Manado dapat mendirikan tempat ibadah yakni Sinagoge Shaar Hashamayim.
Sinagoge itu adalah tempat ibadah orang Yahudi, layaknya gereja, masjid, vihara, pura, kuil serta lainnya. Tempat itu terletak di Tondano, sekira 35 kilometer dari Manado.
Berdasarkan informasi, Sinagoge Shaar Hashamayim berdiri sejak 2004. Komunitas Yahudi di Kota Manado bisa menjalankan kepercayaan mereka dengan aman juga damai.
Itulah alasannya tidak heran bila Sulut dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi toleransi.
BACA JUGA:TERUNGKAP, Ternyata Pemilik Situs Dewasa Pornhub adalah Seorang Rabi Yahudi. Ini Nama dan Profilnya!
BACA JUGA:Arab Yahudi
Di Tondano, Sinagoga Shaar Hashamayim terletak berdekatan dengan beberapa gereja. Di kawasan itu dihuni warga yang menganut beragam agama. Hanya sampai saat ini, semua dapat beribadah dengan tenang sesuai keyakinan mereka tanpa ada masalah.