https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Merayakan Gotong Toapekong, Tradisi Tionghoa yang Diakui Sebagai Warisan Budaya

Merayakan Gotong Toapekong, Tradisi Tionghoa yang Diakui Sebagai Warisan Budaya-Foto: Kemenag-

TANGERANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Wakil Menteri Agama Republik Indonesia, Saiful Rahmat Dasuki, menyampaikan penghargaan tinggi atas pelaksanaan prosesi Gotong Toapekong yang diadakan setiap 12 tahun di Kota Tangerang.

Dalam sambutannya pada acara yang berlangsung pada Sabtu, 21 September 2024, Wamenag menekankan pentingnya tradisi ini yang baru saja diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

“Dalam nama pemerintah, khususnya Kementerian Agama, kami mengucapkan terima kasih kepada panitia, Pengurus Boen Tek Bio, dan seluruh masyarakat yang berkontribusi dalam acara ini,” ujar Saiful Rahmat Dasuki.

Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri Presiden ke-4 RI, serta Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah. Hadir pula Dirjen Bimas Buddha Kemenag, Supriyadi, dan pejabat daerah seperti Pj Walikota dan Bupati Tangerang.

BACA JUGA:Gotong Royong Kendalikan Hama PBP

BACA JUGA:OJK Cabut Izin Usaha PT Akur Dana Abadi dan PT Semangat Gotong Royong

Wamenag menjelaskan bahwa prosesi Gotong Toapekong dilaksanakan pada tahun Naga, dan merupakan bagian dari budaya yang perlu dijaga.

Ia juga berharap tradisi ini dapat mempromosikan sikap toleransi dan moderasi beragama di masyarakat.

“Semoga ini menginspirasi kita semua untuk melestarikan budaya warisan leluhur,” tambahnya

BACA JUGA:Alex Ajak Warga Siring Agung Galakkan Gotong Royong Cegah Banjir, Ini Katanya!

BACA JUGA:Asal Usul dan Makna Tradisi Sedekah Ramo, Simbol Semangat Gotong Royong dan Kepedulian di Muratara

Acara bertajuk "Moderasi dan Kolaborasi sebagai Wujud Kerukunan Bangsa yang Harmonis" ini dimeriahkan oleh arak-arakan figur Dewi Kwan Im Hud Chouw dan beragam pertunjukan budaya, termasuk tarian daerah, fashion show, marching band, dan pertunjukan seni lainnya.

Ketua Perkumpulan Boen Tek Bio, Ruby Santamoko, menegaskan dua tujuan utama dari prosesi ini: mewariskan budaya yang telah ada selama 168 tahun dan memberikan pendidikan kepada generasi muda agar tradisi ini terus hidup.

“Kami berharap prosesi ini akan berlangsung dengan baik di masa mendatang,” katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan