Pendidikan Tinggi Tapi Pengangguran, Apa Solusinya?
Oleh : Lismiana, SE, M.Si, Statistisi Muda BPS Provinsi Sumatera Selatan--
SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah gempuran perkembangan teknologi dan informasi, pendidikan tinggi sering dianggap sebagai tiket emas menuju masa depan yang cerah.
Namun, realitas di Sumatera Selatan menunjukkan sisi lain dari cerita ini. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2024 di provinsi ini sebesar 3,97 persen.
BACA JUGA:Pengangguran Didominasi Tingkat SMA
BACA JUGA:Job Fair Diserbu, Atasi Pengangguran di Prabumulih
Angka ini mungkin terlihat kecil, tetapi di balik statistik tersebut yang mengejutkan adalah lulusan pendidikan tinggi justru menjadi penyumbang terbesar pada TPT di Sumatera Selatan.
Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi para lulusan Pendidikan tinggi dalam memasuki pasar kerja yang semakin kompetitif.
TPT untuk lulusan Diploma I/II/III mencapai angka tertinggi, yaitu 9,93 persen, diikuti oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan 8,10 persen, dan lulusan SMA sebesar 7,13 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di kalangan lulusan pendidikan tinggi masih belum ideal.
Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah lulusan pendidikan tinggi belum sepenuhnya diserap sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Bagaimana bias mereka yang seharusnya lebih siap menghadapi dunia kerja malah mendominasi jumlah pengangguran?
Pengangguran di kalangan lulusan terdidik tersebut terjadi karena jumlah tenaga kerja berpendidikan yang melimpah, sementara pasar kerja tidak cukup luas untuk menampung mereka.
Fenomena ini juga mencerminkan adanya ketidaksesuaian antara dunia pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.
Banyak lulusan yang merasa sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka, sementara perusahaan mencari keterampilan yang tidak diajarkan di bangku kuliah.
Selain itu, Kebiasaan umum di masyarakat untuk memilih bidang pendidikan yang popular tanpa mempertimbangkan minat terhadap jurusan tersebut memperpanjang daftar penyebab pengangguran terdidik.