https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Legenda Musik Iwan Fals dan Irfan Hakim Hadirkan Album Kolaborasi 'Genjrengan Aviary Live Session'

Legenda Musik Iwan Fals dan Irfan Hakim Hadirkan Album Kolaborasi 'Genjrengan Aviary Live Session'-foto: ist-

Keduanya sering bertemu dalam berbagai acara televisi, hingga akhirnya pada dua tahun lalu, sebuah ide muncul dari obrolan santai antara mereka.

Irfan berbagi visinya tentang proyek Aviary, dan kesempatan itu kemudian berkembang menjadi kolaborasi musik yang menggabungkan kekuatan musikal Iwan Fals dan konsep unik dari Irfan Hakim.

Tak hanya mereka berdua, keluarga dari kedua sosok ini turut terlibat dalam proses kreatif pembuatan album "Genjrengan Aviary Live Session".

Kehadiran anggota keluarga tidak hanya mendukung secara emosional, tetapi juga memperkuat ikatan personal yang terasa dalam setiap lagu yang dihadirkan.

Suara alam, seperti gemericik air dan kicauan burung, turut memberi latar belakang alami yang mendukung lahirnya karya-karya dalam album ini.

Salah satu lagu yang dibawakan dalam album ini, “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi (Aviary Live Session)”, mengangkat tema tentang kerusakan lingkungan, khususnya deforestasi yang mengancam habitat satwa liar.

Lewat lirik yang puitis, Iwan Fals menyampaikan pesan tentang bagaimana hutan yang dahulu lebat kini hilang, menyisakan kesedihan bagi satwa dan manusia. Lagu ini merupakan interpretasi dari karya Iwan Fals di album ‘Opini’ yang dirilis pada tahun 1982.

Album ini juga menghadirkan versi live dari lagu klasik “Ujung Aspal Pondok Gede (Aviary Live Session)”, yang menggambarkan perubahan sosial dan ekonomi di kawasan pinggiran kota.

Lagu ini menggambarkan nostalgia akan masa lalu ketika daerah tersebut belum tersentuh pembangunan masif. Aspek kehidupan urban dan transformasi masyarakat menjadi sorotan utama dalam lagu ini.

Lagu legendaris “Yang Terlupakan (Aviary Live Session)” juga mendapatkan interpretasi baru dalam album ini.

Lagu ini mengungkapkan kenangan masa lalu yang penuh dengan kerinduan, disampaikan melalui lirik yang melankolis. Dalam versi live session ini, lagu tersebut memberikan kedalaman emosional yang lebih kuat.

Tidak ketinggalan, lagu "Sore Tugu Pancoran (Aviary Live Session)" turut meramaikan album dengan suasana sore hari di tengah hiruk pikuk kota besar.

Liriknya menggambarkan dinamika kehidupan urban di sekitar monumen bersejarah, menyoroti keindahan dan kelelahan yang dirasakan dalam kehidupan kota.

“Pesawat Tempurku (Aviary Live Session)” menggabungkan elemen kritik sosial dan cerita cinta. Lagu ini mengekspresikan kegelisahan seorang pria yang merasa terhalang oleh keterbatasan finansial saat mencoba mendekati pujaan hatinya. Dalam keputusasaannya, ia mencurahkan keluhan tentang berbagai masalah sosial dan ekonomi.

Album ini ditutup dengan lagu “Kemesraan (Aviary Live Session)”, yang menekankan pentingnya merayakan kebersamaan dan persahabatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan