https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Modifikasi Cuaca Sampai 14 Juli

SIAP TERBANG : Setiap hari penyemaian garam dilakukan dalam rangka operasi modifikasi cuaca. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung 10 hari, pada 4-14 Juli 2024.-FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID -  Dalam upaya pencegahan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) telah dilaksanakan di Sumsel guna mencapai target zero asap.

Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis menyatakan Kamis lalu (4/7), kegiatan OMC dimulai dengan penyemaian garam (NaCl) dalam satu sortie.

BACA JUGA:Basahi Gambut, Modifikasi Cuaca 10 Hari, Mulai Hari Ini Semai Total 8 Ton Garam di Sumsel

BACA JUGA:Waspadai Cuaca Ekstrem, Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang

"Lalu pada hari Jumat (5/7), tim OMC melaporkan adanya curah hujan ringan hingga sedang di beberapa lokasi seperti OKI, Palembang, dan Banyuasin," kata Wandayantolis.

Penyemaian garam pun dilakukan kembali di lokasi yang menjadi target pembasahan lahan gambut. Analisis dinamika atmosfer menunjukkan potensi hujan ringan.

"Dengan penyemaian garam melalui OMC, diharapkan intensitas hujan dapat meningkat dari ringan menjadi sedang hingga lebat," ujarnya. 

Musim kemarau di Sumsel diprediksi mencapai puncaknya pada bulan Juli hingga Agustus 2024 setelah memasuki bulan Juni 2024. "OMC di Sumsel bertujuan mencegah dan mengendalikan potensi bencana karhutla, khususnya di lahan gambut," tambahnya.

OMC dijadwalkan berlangsung selama 10 hari (4-14 Juli 2024) menggunakan 8 ton garam (NaCl). Setiap hari, dua sortie dilakukan di berbagai kabupaten/kota yang memiliki lahan gambut luas seperti OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Ogan Ilir.

"Upaya pencegahan melalui OMC perlu ditingkatkan mengingat terdapat titik hotspot di beberapa lokasi lahan gambut, mencapai total hingga 400 titik," katanya.

Secara meteorologis masih ada peluang melakukan penyemaian garam melalui OMC. Diharapkan ini dapat membantu mengendalikan bencana karhutla dengan menjaga langit biru tanpa asap.

"Berdasarkan pengalaman dampak karhutla pada tahun 2015, 2019, dan 2023, kondisi iklim di Sumsel cenderung memicu musim kemarau yang dipengaruhi fenomena El Nino," lanjutnya.

Karhutla telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan berdampak negatif pada kesehatan manusia, terutama dalam hal penyakit pernapasan akibat pencemaran udara yang tinggi di Sumsel.

BACA JUGA:Saat Cuaca Panas, Ini Pola Hidup Sehat yang Bisa Diterapkan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan